Inkubuku; Tingkatkan Budaya Gemar Baca

Bukan berita baru jika minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah. Padahal membaca memiliki banyak manfaat dalam memperkaya pengetahuan dan informasi maupun mengasah kemampuan berpikir dan menulis bagi banyak orang.

Menyadari pentingnya menerapkan budaya gemar membaca, lima mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) membuka sebuah sarana peminjaman buku yang diberi nama Inkubator Buku atau biasa disebut Inkubuku. Mereka terdiri atas Zahra Sausan P, Syahbaniati Putri, Cahyoga Agung Y, Yufienda Novitasari, dan Gede Surya Marteda.

Cahyoga bercerita, awal pendirian Inkubuku adalah kesamaan prinsip yang mereka miliki. Kelima mahasiswa itu berprinsip, buku adalah wadah belajar dan sumber informasi bagi orang-orang yang belajar secara otodidak.

“Daripada buku yang sudah kami baca diam di kamar, lebih baik kami pinjamkan secara gratis ke orang luar yang membutuhkan. Apalagi di Indonesia, khususnya Bandung, masih banyak warga yang kesulitan untuk mendapatkan buku, terutama di daerah kampung-kota,” tutur Cahyoga, seperti dikutip dari laman ITB, Kamis (10/7/2014).

Lantas, bagaimana cara Inkubuku mendistribusikan buku-buku koleksi mereka? Ternyata, secara rutin mereka mendirikan stan peminjaman buku dengan kendaraan pribadi di taman-taman kota setiap Selasa dan Jumat pukul 13.00-16.00 WIB. Tidak hanya meminjamkan buku, tetapi Inkubuku juga biasanya menulis resensi buku untuk menarik minat baca masyarakat.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana mekanisme peminjaman buku di Inkubuku? Cahyoga menjelaskan, untuk meminjam buku, pengujung cukup menghubungi tim Inkubuku untuk meminjam buku yang telah dipilih di katalog.

“Kemudian bertemu di tempat yang telah dijanjikan. Begitu juga untuk menitipkan buku. Buku yang dititipkan akan dicatat di katalog yang ada di website Inkubuku. Nantinya, buku-buku tersebutlah yang akan dipinjamkan secara gratis untuk masyarakat,” paparnya.

Kini, kata Cahyoga, telah terkumpul sekira 200 buku yang siap untuk dipinjamkan gratis dan sudah terdapat 60 peminjam yang tercatat. Tidak hanya buku ilmu pengetahuan seperti Foundation of Mathemathics Second Edition, Inkubuku juga menyediakan buku cerita atau novel seperti The Hunger Games.

Menurut Cahyoga, pengetahuan dan informasi tidak hanya diperoleh lewat buku-buku ilmu pengetahuan tapi juga buku cerita. “Dunia tidak sesempit yang kita ketahui melalui ilmu pengetahuan, tetapi juga imajinasi yang dituliskan dalam buku cerita,” ungkap Cahyoga.

Get, give, and share idea through the book. Begitulah tagline yang dibawa oleh lima sekawan itu. Sebab, Inkubuku lahir dari ide, tumbuh dan berkembang serta dipupuk oleh semangat berbagi dengan harapan membaca dapat membudaya. Namun mereka menyadari, perubahan tak akan terjadi tanpa tindakan.

“Semoga masyarakat tergerak untuk mulai membaca buku. Kemudian setelah membaca akan mulai untuk menulis buku sehingga lebih banyak lagi bisa berbagi dan memberi manfaat,” imbuhnya.

Sementara itu, Gede Surya Marteda menambahkan, tantangan utama yang dihadapi Inkubuku adalah bagaimana menarik minat masyarakat agar mulai gemar membaca buku. Namun, dia tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan Inkubu dengan menambah fasilitas lainnya.

“Sampai saat ini kami masih fokus ke peminjaman buku untuk mengembangkan dan memperluas anggota serta database buku terlebih dahulu. Untuk mengembangkan Inkubuku ke arah lain perlu dipertimbangkan terlebih dahulu potensi-potensi yang ada,” kata Gede.

Sumber: Okezone

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *