IBI Cianjur: Angka Kematian Ibu dan Bayi di Cianjur Tinggi

Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB) saat melahirkan dan pascamelahirkan di Cianjur masih tinggi. Periode yang sama dengan tahun sebelumnya, setidaknya ditemukan 30 ibu meninggal dunia saat melahirkan. Serta 100 bayi meninggal setelah dilahirkan. Tingginya AKI/AKB dipicu oleh tingginya angka pernikahan dini serta akibat 3 terlambat dan 4 terlalu.

Demikian disampaikan Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Cianjur, Liste Zulhijwati Wulan, saat ditemui di Gedung Wanita Bale Rancage, Jalan Siliwangi, Kecamatan/Kabupaten Cianjur, pada Senin, 19 September 2016. Liste menuturkan, tidak terjadi penurunan kasus AKI/AKB di Cianjur. pihaknya pun telah berupaya bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur untuk menurunkan angka tersebut, berbagai program kesehatan ibu dan bayi pun telah diupayakan. Namun, berbagai penyebab mulai dari aspek sosial budaya hingga kondisi geografis masih jadi penghambat.

“Ini kondisi yang butuh perhatian semua pihak, tidak hanya bidan atau pemangku kebijakan. Harus melibatkan seluruh komponen, banyak hal yang berkontribusi menjadi penyebab AKI/AKB di Cianjur tetap tinggi,” ucapnya.

Ditemui usai perayaan Hari Ulang Tahun Bidan Indonesia ke-65, peningkatan kesehatan ibu dan anak di Cianjur jadi sasaran utama bidan. Berfokus pada penguatan peran bidan dalam pemberdayaan perempuan dan keluarga, diharapkan bidan bersama masyarakat bisa menekan AKI/AKB. Sebab pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesehatan ibu dan bayi jadi indikator utama untuk menurunkan AKI/AKB.

Liste mengungkapkan, ada 2 penyebab utama AKI/AKB masih tinggi, yakni aspek sosial budaya dan kondisi geografis. Aspek sosial budaya, terutama akibat 3 terlambat dan 4 terlalu. Terlambat memutuskan, keluarga tidak segera memutuskan agar ibu/anak yang dikandung untuk mendapatkan penanganan. Terlambat merujuk transportasi, karena infrastruktur jalan yang buruk pun jadi masalah.

Sementara 4 terlalu, lanjut Liste adalah terlalu muda saat melahirkan dibawah 20 tahun akibat pernikahan dini. Terlalu tua melahirkan diatas 35 tahun, terlalu banyak anak lebih dari 4 anak, dan terlalu dekat jarak menikah dengan kehamilan.

Kondisi geografis pun turut berperan menyebabkan tingginya AKI/AKB. Kondisi jalan, di wilayah pelosok jadi penghambat untuk mempercepat akses pertolongan pertama. Serta tak meratanya jumlah pelayanan kesehatan masyarakat (yankesmas).

Pihaknya pun mengakui, kurangnya tenaga medis jadi faktor lainnya. Secara rasio idealnya, 1 bidan melayani 1000 penduduk. Saat ini, hanya ada 700 bidan di Cianjur, jumlah tersebut tak cukup mengimbangi jumlah penduduk.

“Jika berbicara rasio masih sangat kurang. Saat ini, dalam satu desa saja terdapat 1-2 bidan. Jumlah itu tak cukup mengimbangi jumlah penduduk dalam satu desa yang jumlahnya ratusan ribu. Cianjur masih membutuhkan sekitar 2000 bidan untuk membantu dalam kesehatan ibu dan anak,” katanya.

Kendati demikian, pihaknya bersama dinas terkait terus berupaya melalui berbagai program, salah satunya melalui desa siaga. Bekerjasama dengan pihak desa, masyarakat diminta lebih peka dan peduli terhadap permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

Sumber: Pikiran Rakyat

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *