Rumah Baca Sangkrah (RBS): Berdayakan Masyarakat, Kenakalan Remaja Pun Turun

Sangkrah, salah satu kelurahan di pinggiran Kota Solo, dulunya identik dengan kenakalan remaja. Namun dua tahun lalu tepatnya 17 Januari 2014, sejumlah pemuda karang taruna Kampung Dadapsari, Kelurahan Sangkrah berusaha menghapus sisi kelam itu dengan mendirikan komunitas Rumah Baca Sangkrah (RBS).

RBS bertujuan memberdayakan masyarakat sehingga menjadi pintar dan cerdas. Saat ini jumlah pengurus RBS setidaknya ada 15 orang, sedangkan anggotanya lebih dari 200 orang.

Danny Setyawan, selaku pembina RBS, mengatakan RBS berfungsi sebagai rumah belajar tentang segala ilmu. Konsep kegiatan yang dilakukan yakni untuk usia anak-anak dititikberatkan pada pembentukan karakter dan usia remaja kepada life skill atau bidang keahlian. Beberapa hal yang diajarkan antara lain membatik, menari, bermain teater, pelatihan memahat, bermain musik, dan kegiatan edukatif lainnya.

“Setidaknya sekarang warga mulai bisa hidup dengan nyaman, karena tingkat kenakalan remaja, tawuran, dan tindak kriminalitas sudah berkurang, beralih menjadi kegiatan positif,” kata Denny belum lama ini.

Tahun ini RBS juga sudah memulai usaha di bidang sablon, air brush, dan resin. Beberapa usaha yang sedang dalam proses pembelajaran antara lain kuliner, batik, kriya, dan lain sebagainya. “Ya setidaknya ini bisa menekan angka pengangguran,” ujar Denny.

Ia mengungkapkan, langkah kecil RBS ternyata mengundang banyak pihak untuk menjadi volunteer (relawan). Banyak individu maupun komunitas yang sudah bekerja sama dan turut berbagi ilmu. Bahkan RBS menarik warga negara asal Hongaria yang hingga hari ini masih mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak Kelurahan Sangkrah.

Bahkan, RBS juga menjadi bahan studi mahasiswa. Mei kemarin, RBS kedatangan 100-an mahasiswa jurusan sosiologi se-Jawa dan Bali. Tak hanya itu, masyarakat dari Yogyakarta, Banyuwangi, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Cepu, dan Lampung juga tertarik untuk belajar dan mengembangkan komunitas baca di daerahnya masing-masing.

Danny berharap masyarakat memiliki kesadaran dalam membangun suatu lingkungan yang lebih baik dan bersahabat. Sebab hal itu sangat penting bagi tumbuh kembang anak di lingkungan masing-masing. Terlebih anak merupakan generasi penerus yang akan turut membangun kampung menjadi lebih maju.

Danny menambahkan, peran aktif dari pemerintah mengenai perkembangan suatu kampung juga sangat diperlukan. Menurutnya, hingga saat ini pertumbuhan suatu kota diawali dari tingkat kampung. Ia melihat saat ini seakan-akan kampung terabaikan.

“Perlu peran pemerintah juga untuk membangun kampung. Kami harap sedikit yang dilakukan RBS ini menginspirasi kampung-kampung lain,” pungkasnya.

Sumber: Joglosemar

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *