Komunitas Dongeng Pelangi; Mari Belajar Mendongeng Bersama

sumber foto  : tribunnews.com

sumber foto : tribunnews.com

Berawal dari sekadar berkumpul bersama anak-anak kecil di halaman rumahnya saat ia merasa kesepian di kampung halamannya, Kebumen, Rezania Fitria, alias Kak Za, meniti sebuah komunitas dongeng di Jatinangor. Komunitas tersebut diberinama Dongeng Pelangi, terbentuk tahun 2014.
“Waktu itu, ibu enggak ada, ayah pergi kerja, dan kakak-kakak pada di luar. Sepi, enggak ada kerjaan, akhirnya aku panggil anak-anak kecil yang main di depan rumah,” ujar gadis usia 20 tahun saat diwawancara di salah satu tempat makan di Bandung.
“Namanya Komunitas Dongeng Pelangi anggotanya ada 20 orang. Kemarin open recruitment, ada 21 orang yang daftar,” ujarnya bangga.  “Adik-adik yang mendengarkan dongeng saya harap bisa ikut mendongeng sih, tapi mereka masih malu-malu,” ujarnya sambil tersenyum.
“Enggak ada struktur organisasinya sih, soalnya enggak banyak juga yang bisa konsisten di bidang ini. jadi ya kalau  ditanya siapa yang bikin poster, ya aku. Siapa yang ketuanya, ya aku. Siapa admin Facebook-nya, ya aku,” ujarnya sambil tertawa.
Kak Za senang mendongeng lantaran ia pernah masuk ke dalam ekskul teater di sekolahnya, “Awalnya aku teater, tapi setelah kepengurusan aku habis, aku enggak ada kerjaan. Lagian di teater, banyak peran yang aku tolak karena enggak sesuai dengan ketentuan agama aku (Islam), kebetulan waktu itu aku baru mulai pakai kerudung. Nah, dengan komunitas dongeng yang aku buat sendiri, aku bisa tetap mempraktikan ilmu-ilmu keteateran tapi karakternya tetap sesuai dengan aku,” ujar mahasiswi Sastra Arab ini sambil tertawa kecil.
“Kayak sekolah alam aja dan gratis. Awalnya, cuma anak-anak kecil itu. Kumpul di rumah aku setiap hari-hari tertentu. Tapi lama kelamaan ada orang tua-orang tua mereka yang ikut datang. Ingin tahu ngapain aja sih anak saya di sini. Ternyata mereka cerita ke orang tuanya. Saya juga bilang ke mereka untuk meminta didongengkan oleh orang tua mereka,” ujarnya.
Dongeng yang didongengkan di depan anak-anak yang menonton pun memiliki jenis dan variasi yang banyak dan segar, bahkan sesuai dengan yang sedang nge-trend di kalangan anak-anak tersebut. “Aku mendongeng apa aja sih. Cerita daerah, dongeng buatan aku sendiri. Apalagi kalau anak itu udah sekitar umur 8-10 tahunan. Mereka enggak akan tertarik kalo dongengnya fabel atau cerita daerah gitu. Jadi aku bikin sendiri, misalnya fantasi, atau yang gaya-gaya agak remaja. Tapi selalu, dengan kesempatan itu aku selalu sisipkan pelajaran pekerti di setiap cerita aku,” ujarnya.
“Aku juga bikin sendiri kalau ada permintaan. Misalnya, waktu kami diundang ke salah satu acara tentang menjaga hutan. Ya saya bikin sendiri ceritanya, saya bikin sendiri tokohnya, pohon yang bisa bicara gitu,” ujarnya lagi. Ya, Kak Za dan kawan-kawannya bahkan kini sudah bisa menghasilkan “uang jajan” sendiri dari undangan-undangan mendongeng di hadapan seratusan anak-anak.

sumber : tribunnews.com

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *