Soshonbu; Wadah Belajar Bahasa Dan Kebudayaan Jepang

sumber foto  : tribunnews.com

sumber foto : tribunnews.com

Kebudayaan Jepang semakin populer di Indonesia. Banyak orang yang ingin belajar bahasa Jepang dan kebudayaannya, baik budaya tradisional hingga populer. Hal itu terlihat dari banyaknya acara-acara yang berhubungan dengan Kebudayaan Jepang seperti workshop, seminar, hingga festival budaya Jepang.
Siang itu, tepatnya Sabtu, 10 September 2016, ada sebuah acara di SMAN 3 Bandung. Acara itu adalah Workshop Kaligrafi Jepang (Shuuji) yang bertemakan “Menumbuhkan Minat Belajar Kebudayaan Jepang” yang diadakan oleh Association of Highschool Nihon no Kurabu (Soshonbu). Tujuannya untuk memperkenalkan kaligrafi Jepang kepada pelajar SMA/SMK sederajat yang tertarik dengan kebudayaan Jepang. Soshonbu sendiri adalah sebuah organisasi yang terdiri dari pelajar SMA/SMK sederajat di Kota Bandung.
Bukan komunitas biasa. Itu adalah hal pertama yang muncul saat Ketua Umum Soshonbu, Yasmin Putrialifa (17) menjelasakan tentang organisasi ini. “Gak kaya komunitas yang cuma ngumpul-ngumpul aja. Karena sebenernya komunitas yang seperti itu sudah banyak, tapi yang kaya gini baru kami,” ujarnya saat ditemui di acara workshop Shuuji di Bandung.
Yasmin menjelaskan, Soshonbu adalah organisasi Jepang pertama yang memiliki konsep organisasi semi formal dan berorentasi pada pendidikan. Artinya bukan sekadar komunitas biasa dan bukan sekadar kumpul-kumpul, akan tetapi mempunyai visi-misi jelas dan susunan kepengurusan yang terstruktur. Bahkan kini Soshonbu sudah bekerjasama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bandung.
“Setelah negosiasi dan presentasiin tentang Soshonbu ke Dispora, Kang Sony dari Dispora support kami. Soalnya di Kota Bandung komunitas bahasa yang aktif itu baru ada Bahasa Jerman, Inggris, dan sekarang kami, Bahasa Jepang,” katanya dengan serius.
Soshonbu berdiri atas gagasan dari beberapa pelajar dari SMA 27 Bandung yaitu Rizki Titan dan teman-temannya. Rizki dan teman-temannya tergabung dalam ekskul bahasa Jepang di sekolahnya. Mereka dengan beberapa anggota ekskul sekolah lain (ada tiga sekolah) senang berkumpul untuk sekedar sharing. Dari situ mereka berfikir untuk menyatukan seluruh ekskul Jepang di SMA dan SMK sederajat untuk ikut bergabung. “Nah Kak Rizki Titan ini kepikiran gimana kalo SMA-SMA yang lain juga bisa ikutan, bisa bareng, akhirnya diwujudkan,” kata Yasmin.
Pertama para pendiri Soshonbu mulai mencari perwakilan-perwakilan setiap sekolah yang merupakan ketua-ketua ekskul Jepang di Kota Bandung. Kemudian, mengundang mereka untuk musyawarah dan menjelasakan ide tentang menyatukan ekskul Jepang ke dalam sebuah organisasi bernama Soshonbu. Dari situlah adanya Shosonbu, Soshonbu berdiri pada 6 mei 2015. “Awalnya cuma berisi beberapa orang perwakilan dari ekskul di sekolah. Yang penting ada perwakilannya dulu dari setiap sekolah,” ujar Yasmin.
Menurut Yasmin, Soshonbu itu ibarat penugurus OSIS yang ada di sekolah. Anggota OSIS adalah seluruh siswa di sekolah, sedangkan pengurus OSIS adalah orang terpilih yang melewati proses seleksi. Jadi, seluruh anggota ekskul Jepang di Bandung adalah anggota Soshonbu, dan Soshonbu memiliki pengurus. ‘OSIS’ disini pun bertugas membantu masalah-masalah ekskul Jepang di Bandung.

sumber : tribunnews.com

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *