Pada hari Minggu 25 Desember 2016, Grama Buana bersama BPJS Ketenagakerjaan serta dibantu oleh warga sekitar Kinahrejo dan beberapa komunitas asal Jogja dan sekitarnya melakukan aksi tanam bibit pohon. Kegiatan tanam bibit pohon ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Gunung Internasional. Aksi ini bernama Bakti Untuk Alam #2 yang dilaksanakan pada hari Minggu 25 Desember 2016. Bibit pohon yang di tanam total lebih dari 2500 buah. Bibit tanaman yang menyerap air sangat diprioritaskan untuk mendukung terciptanya sumber mata air di Umbul Dlimas.
Bakti Untuk Alam #2 merupakan aksi tanam bibit pohon di wilayah gunung yang kedua kalinya oleh Grama Buana. Sebelumnya adalah Gunung Sumbing dengan aksi membersihkan vandalism, sampah plastik dan juga menanam bibit pohon. Bekerjasama dengan para relawan dalam aksi pertamanya kemudian disambut ramah oleh BPJS yang saat ini sedang merayakan ulang tahunnya aksi keduapun digelar. Aksi kedua yakni di lereng Gunung Merapi dengan menanam 2500 bibit pohon. Bibit pohon tersebut antara lain Pohon Puspa, Pohon Salam, dan Pohon Aren. Penanaman bibit pohon ini dimaksudkan untuk melestarikan alam di wilayah Gunung Merapi menjadi lebih baik. Menciptakan pula sumber mata air di Umbul Dlimas yang saat ini masih sangat kecil.
“Dari kami teman teman Grama Buana yang menginisiasi kegiatan ini menjadi sebuah kegiatan yang akan kita agendakan setiap tahunnya. Setiap memperingati hari gunung internasional maka akan kita adakan kegiatan Bakti Untuk Alam” jelas Nurul Amin selaku anggota Grama Buana Yogyakarta.
“Tidak ada yang sia sia ketika kita bicara tentang alam, semua berarti untuk berarti untuk bumi. Dari apa yang semua panjenengan lakukan hari ini insyallah akan dicatat alam sebagai pengabdian panjengan kepada bumi” ucap salah satu pelaksana dari BPJS Ketenagakerjaan.
“Tadi yang kita tanam ada Pohon Puspa, Pohon Salam dan Pohon Aren. Dari tiga jenis itu termasuk dari golongan pohon yang bisa menahan air. Jadi memang tujuan kita untuk konservasi air di Lereng Merapi” tambah Nurul Amin.
Dengan dibantu beberapa komunitas sejumlah 193 orang serta warga sekitar membuat aksi ini berjalan lebih ringan. Komunitas tersebut berasal dari Jogja, Magelang, Solo dan Bojonegoro. Bukan hanya komunitas namun pendaki yang tidak terikat dengan komunitas manapun juga turut membantu aksi Bakti Untuk Alam #2 ini. Melewati jalur pendakian yang dulu menjadi rute favorite sebelum erupsi Gunung Merapi 2010 lalu, para relawan masing masing diwajibkan membawa bibit pohon.
Dengan membagi beberapa wilayah penanaman serta jarak minimal 3 meter setiap pohon para relawan tersebut terbagi menjadi 4 kelompok. Kelompok ke 4 adalah kelompok yang mendapat jatah wilayah tanam di area paling atas dari kelompok lainnya yakni daerah sekitar Pethet Opak. Pethet Opak merupakan wilayah atau batasan yang disarankan untuk para relawan melakukan batas penanaman karena wilayah yang berada jauh didepan merupakan rute yang belum diresmikan. Rute tersebut masih harus diperbaiki memngingat banyak jurang yang tertutup oleh semak semak.
Dalam perjalanan menuju lokasi banyak di jumpai pohon Sugo. Pohon Sugo adalah jenis pohon yang memiliki usia pendek yakni 10 tahun. Setelah melewati usia 10 tahun maka pohon tersebut akan mati dengan sendirinya. Menurut keterangan warga lokal pemusnahan pohon tersebut biasanya melalui pembakaran atau terkena awan panas. Jika tidak adanya aksi reboisasi maka hutan di Gunung Merapi akan gundul. Berangkat dari hal itulah Grama Buana menggelar aksi Bakti Untuk Alam agar senantiasa turut ikut berpastisipasi dalam melestarikan alam. Pohon Puspa atau Schima wallichii merupakan tanaman asli yang hidup di lereng Merapi.
Sebelumnya membutuhkan waktu satu tahun lebih untuk membuka kembali jalur hingga pos 9 setelah erupsi Merapi 2010. Setiap tahunnya terdapat kegiatan budaya religi yakni Labuhan yang bertempat di di pos 1 Gunung Merapi. Di area pos 2 sebelumnya terdapat bangunan Joglo dan monument rudal. Grama Buana berencana akan menghidupkan kembali aktivitas di pos 2 rute pendakian Gunung Merapi tersebut. Kayu2 yang masih tersedia utuh rencanakan akan didirikan di pos 2 dan membuatkan monument rudal. Perencanaan ini berangkat dari ramainya kegiatan di yang dilakukan di pos 2 seperti camping. Pos 2 pun menjadi spot paling menarik untuk menikmati pemandangan kota Yogyakarta saat itu. Rencana pembangunan ini juga akan melibatkan para warga sekitar dan para relawan.
Sumber; KORAN YOGYA