Komunitas Semarangker; Jelajah Malam Ke Tempat-Tempat Angker

Hotel Sky Garden di kawasan Gombel maupun hotel di Kota Lama, Lawang Sewu, area Hutan Tinjomoyo, Kawasan Puri Maerokoco adalah beberapa tempat dari puluhan lokasi yang menurut warga Semarang menyimpan misteri. Sejak 2007 sampai akhir tahun 2014 lalu, Komunitas Semarangker rutin menjelajah malam ke tempat-tempat tersebut.

Semarangker merupakan komunitas yang awalnya dibentuk untuk mewadahi pencinta jelajah malam ke tempat-tempat yang disebut angker. Padahal, Ketua Komunitas Semarangker, Pamerado mengatakan, tak satu pun anggota indigo. “Kami ini para penakut yang ingin menguji rasa takut kami dan membuktikan kebenaran ketakutan kami,” ujar Pamerado kepada Tribun Jateng, Kamis (8/1) sore.

Pria yang sehari-hari berwirausaha dan bekerja di even organizer itu menganalogikan jelajah malam ke tempat angker seperti permainan jet coaster. “Saat seseorang tidak punya rasa takut naik jet coaster, ya lempeng saja kereta naik turun ke sana ke mari. Nah, itu juga yang kami butuhkan saat jelajah malam. Rasa penasaran dan deg-degan bercampur jadi satu saat melangkah atau membuka pintu,” jelas Pamerado.

Untuk jelajah malam internal komunitas, biasanya dipilih tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi. Sedangkan bagi peminat dari masyarakat umum yang ingin uji nyali, dipilih tempat yang sudah pernah mereka kunjungi dan memiliki medan cukup aman serta memiliki perizinan.

“Biasanya, kami melakukan survey tiga hari tiga malam ke tempat yang akan menjadi lokasi tur umum. Kami ingin memastikan bangunan tempat yang dikunjungi tidak cepat roboh, jauh dari binatang buas, perizinan warga gampang dan selalu melibatkan aparat keamanan. Kalau untuk tur internal paling hanya izin warga,” jelas Pamerado.

Komunitas Semarangker berdiri 2007 dan digagas lima pendiri, yaitu Pamerado, Rozaq atau biasa dipanggil Zacky, Handoko, Andik, dan Ari Congkel. Zacky mengatakan, selama lebih dari enam tahun bergabung di komunitas tersebut, sangat banyak cerita yang didapat. Hanya, pengalaman setiap orang berbeda.

“Biasanya, konsep jelajah malam internal atau umum, sama. Kami berkelompok. Jalan menyusuri bangunan, di tiap titik kami melingkar, mematikan lilin dan memejamkan mata sejenak. Lalu, kami rasakan apa yang ada di tempat itu,” cerita Zacky.

Saat itulah peserta mendapat pengalaman. Ada yang bisa melihat atau mendengar sesuatu meski sekelebat, ada pula yang tidak merasakan apa-apa. “Pengalaman itu biasanya di share saat kumpul di akhir tur. Intinya, tidak ada yang namanya mediumisasi atau melakukan hal-hal mistis selama jelajah. Hanya merasakan, melihat dan mendengar,” imbuh Zacky.

Selama enam tahun berkumpul, markas Semarngker berpindah-pindah. Kini, mereka mengontrak sebuah rumah di belakang Pasar Simongan arah Jalan WR Supratman, Kota Semarang, yang disebut Kedai Semarangker. Di basecamp komunitas ini mereka membuat beragam kreativitas hasil karya anggota.

“Ada replika hantu sesuai imajinasi teman-teman. Ada juga hiasan dari akar gantung beringin dari Tinjomoyo. Akar itu dipotong Mas Pamerado saking tidak percayanya menjadi sarang kuntilanak. Sampai saat ini tidak ada apa-apa,” ujar Zacky sambil menunjuk akar gantung beringin yang ada di atap rumah.

Zacky membenarkan, komunitas tersebut merupakan sekumpulan orang-orang penjelajah dan bukan komunitas pemburu hantu atau uji kesaktian. Anggotanya berasal dari pelajar, mahasiswa, pegawai, juga wirausaha. Setiap Jumat malam, mereka rutin mengadakan pertemuan membahas acara yang akan digelar. Tak jarang, mereka menjadi tuan rumah saat tim acara televisi swasta nasional datang ke Semarang mengadakan acara misteri.

Sumber: TRIBUN NEWS

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

1 Comment

  1. cardova says:

    gan.ane mau gabung jd anggota boleh gak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *