Komunitas sejatinya bukan hanya sekedar ajang tempat kumpul-kumpul dan ngobrol semata. Melainkan ada sesuatu hal positif yang tercipta. Seperti yang dilakukan oleh komunitas Saber Ranjau Paku. Komunitas ini melakukan aktifitas sapu paku di jalanan dengan menggunakan magnet bergagang secara sukarela.
Dalam melakukan kegiatannya ini, mereka pun kerap menggunakan rompi hijau, mirip seperti rompi yang dikenakan oleh polisi lalu lintas. Bedanya, jika petugas kepolisian menertibkan peraturan lalu lintas, komunitas ini melakukan aksi membersihkan ranjau paku di jalanan ibu kota.
Pendiri komunitas Saber Ranjau Paku, Abdul Rohim (46) mulanya bekerja seorang diri dalam melakukan kegiatan ini sejak tahun 2010. Kemudian, Rohim pun mengajak serta rekannya Siswanto dan Endang untuk melakukan pekerjaan mulia ini. Rohim pun mengungkapkan alasan ia mengajak serta dua temannya tersebut agar kegiatan yang dilakukan lebih terorganisir dan ada wadahnya saja.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Komunitas Saber Ranjau Paku pun resmi berdiri di tanggal 5 Agustus 2011. Diketuai oleh Abdul Rohim, sedangkan wakilnya dijabat oleh Siswanto (41).
“Suka sedih saja, kalau melihat para pengendara yang terkena korban ranjau paku dijalanan. Sebab kebanyakan yang menggunakan motor kan orang-orang yang memiliki golongan ekonomi kebawah. Saya juga heran, ranjau paku yang sudah dibersihkan pasti muncul-muncul terus. Kalau bukan diri pribadi dulu yang gerak dan peduli, lantas siapa?,” tuturnya Suswanto mengungkapkan alasannya memilih bergabung ke komunitas ini.
Memang bukan rahasia umum lagi, jika aksi tebar paku di jalanan ini dekat sekali keberadaannya dengan tukang tambal ban di pinggir jalan yang berdekatan dengan lokasi ranjau paku disebar. Siswanto pun menuturkan bahwa kegiatan yang mereka lakukan kerap dimusuhi oleh para tukang tambal ban. Ia pun bercerita kalau ban salah satu anggota relawan boncor, para tukang tambal ban tersebut enggan untuk membetulkannya. Makanya, Siswanto pun menyarankan ke anggota relawan yang lain untuk menggunakan ban tubeless saja. Buat jaga-jaga,” kata Siswanto
Relawan yang tergabung dalam komunitas ini pun memiliki latar belakang profesi yang berbeda-beda. Seperti Rohim yang berprofesi sebagai sopir pribadi sedangkan Siswanto adalah pemborong. Mereka pun mengungkapkan jumlah anggota yang tergabung sebenarnya ada 40 orang, namun yang aktif sekitar 25 orang saja. Untuk menjadi relawan, menurut Siswanto harus memiliki mental yang kuat.
“Menjadi relawan di komunitas ini harus dapat restu dan izin dari keluarga, karena menjadi anggota saber harus siap menerima berbagai ancaman dan juga bahaya. Biasanya untuk uji coba perekrutan, dilakukan selama 3 bulan. Kalau bener-bener sudah masuk kriteria, baru diterima jadi anggota relawan,” terang Siswanto
Kegiatan sapu jalanan dari ranjau paku, biasanya mereka lakukan di pagi maupun malam hari. Daerah yang menjadi target operasi mereka biasanya dikawasan Jakarta Pusat, seperti Roxy, Cideng, AM Sangaji, Veteran, Majapahit, Galur, underpass Senen, dan di depan Istana Negara.
Hebatnya, alat bantu untuk melakukan kegiatan ini berasal dari kocek pribadi masing-masing relawan. Sejauh ini bantuan yang diterima dari Polda Metro Jaya baru sebatas rompi dan perlengkapan lainnya.
Komunitas Saber pun memiliki harapan yang tidak muluk-muluk, yakni menginginkan adanya support dan kerjasama dari pemerintah DKI Jakarta untuk bersama memberantas keberadaan ranjau paku dijalanan.
“Kami menginginkan pelaku penyebar ranjau paku dijalanan dihukum seberat-beratnya, karena selama ini pelaku yang tertangkap hanya di hukum ringan saja. Aksi tebar paku selain meresahkan juga merugikan banyak orang,” kata Siswanto dihujung perbincangan.
Sumber: JITUNEWS