Kontras: Nawacita Jokowi Belum Berhasil Temukan Wiji Thukul

Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) menilai, Presiden Jokowi gagal menjalan program prioritas Nawacita.Buktinya, menurut Kontras, seniman sekaligus aktivis Wiji Thukul belum ditemukan saat ini.

Fatkhul Khoir, koordinator Badan Pekerja Kontras Surabaya menilai, Presiden Jokowi gagal menjalankan program Nawacita yang menegaskan akan menyelesaikan pelanggaran HAM berat masa lalu, termasuk penghilangan laksa 1997-1998 secara berkeadilan.

“Pemerintah gagal mengembalikan Wiji Thukul kepada keluarganya,” jelasnya, Rabu (18/1/2017).

Padahal, menurut dia, perangkat hukum untuk membuat kebijakan pencarian terhadap 13 orang hilang tersebut sudah ada, yakni rekomendasi DPR berisi 4 poin hasil kerja pansus terkait peristiwa penculikan dan penghilangan paksa aktivis 97/98.

Keempat rekomendasi itu, yakni meminta Presiden untuk membentuk Pengadilan HAM Ad Hoc; melakukan pencarian kepada 13 orang yang oleh Komnas HAM dinyatakan hilang; merehabilitasi dan memberikan kompensasi terhadap keluarga korban yang hilang; serta meratifikasi konvensi Anti Penghilangan Paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan parktik penghilangan paksa di Indonesia.

Presiden Jokowi, menurut Fatkhul, masih bungkam soal hilangnya 13 orang tersebut.

“Jokowi hanya pernah bilang bahwa dia menyukai puisi-puisi Wiji Thukul,” jelasnya.

Dia berharap, melakui film “Istirahatlah Kata Kata” yang menceritakan sosok Wiji Thukul, pemerintah membuka mata bahwa di negara yang besar dan menjunjung tinggi konstitusi itu masih terdapat kasus penculikan yang sampai saat ini belum tuntas.

Wiji Thukul, kata Fatkhul, merupakan aktivis yang dikenal sebagai penyair yang mampu menyihir kata-kata menjadi peluru, melebihi tajamnya peluru konvensional.

Peluru yang diproduksi Wiji Thukul, menurutnya, jauh melampaui peluru yang hanya mampu mengoyak-ngoyak daging. Lebih dari itu, pelurunya mampu membakar dan meledakkan kesadaran beragam lapisan masyarakat, serta dapat menjadi hujan yang teduh bagi siapa saja yang menangkap esensi dari karyanya.

Sumber: Kompas

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *