Komunitas Kampoeng Dolanan; Kenalkan Ratusan Mainan Tradisional Pada Anak-Anak

Komunitas “Kampoeng Dolanan” yang berpusat di Jalan Kenjeran 4C/ 15 Surabaya bertekad melestarikan permainan tradisional anak-anak yang belakangan hampir punah oleh kehadiran “game daring/online”.

“Komunitas ini didirikan oleh remaja Karang Taruna RT 4/ RW 2 Kampung Kenjeran, Kelurahan/Kecamatan Simokerto, Surabaya, pada Desember 2016,” ujar Ketua Komunitas Kampoeng Dolanan Kenjaran Mustofa Sam saat dikonfirmasi di Surabaya, Sabtu.

Menurut pemuda yang baru lulus dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ini, semula upaya melestarikan permainan tradisional anak-anak hanya berpusat di Kampung Kenjeran 4C.

Di antaranya dengan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk memainkan permainan tradisional yang dulu biasa dimainkan oleh anak-anak Indonesia.

“Ada dua macam permainan tradisional, yaitu permainan yang menggunakan alat, ada juga permainan yang sama sekali tanpa menggunakan alat,” katanya.

Hingga kini, dia mengatakan, komunitasnya telah mengumpulkan sebanyak 150 jenis alat yang biasa digunakan untuk memainkan permainan tradisional anak-anak.

Peralatan permainan tradisional anak-anak itu, menurut Mustofa, semula hanya disiapkan untuk kemudian dapat dimainkan di kampung Kenjeran 4C itu saja.

Sebutlah beberapa permainan tradisional anak-anak itu, seperti dikenal oleh anak-anak Surabaya pada masa dulu, adalah engkle, lompat tali, patelele, boi-boian, kotak pos, tarik tambang, dan lain sebagainya.

“Tiap daerah istilah permainan itu namanya bisa beda-beda,” ucapnya.

Relawan Mustofa mengetahui nama-nama tiap permainan tradisional itu di masing-masing daerah berbeda-beda setelah mengumpulkan para relawan untuk kepentingan “roadshow” dalam upaya melestarikan permainan tradisional ini ke kampung-kampung lainnya di Surabaya.

“Kita perlu menggelar roadshow ke kampung-kampung atau komunitas lain untuk memopulerkan kembali permainan tradisional ini kepada anak-anak. Karena rasanya tidak mungkin kita melestarikannya hanya dari kampung kami saja di Kenjeran 4C,” katanya.

Untuk menggelar roadshow tersebut, remaja Karang Taruna Kenjeran 4C butuh bantuan para relawan.

“Karena kesibukan remaja karang taruna di tempat kerjanya masing-masing, mereka tidak siap mendampingi jika kami sewaktu-waktu menggelar roadshow ke tempat lain. Sehingga kami melakukan perekrutan relawan,” ujarnya.

Mustofa tidak menyangka relawan yang mendaftar ada ratusan orang. “Rata-rata yang mendaftar adalah para mahasiswa, kebanyakan dari Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, dan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya,” katanya.

Para mahasiswa yang berminat menjadi relawan tersebut sebagian besar dari berbagai daerah. “Ada yang dari Kalimantan, Aceh, dan luar Jawa Timur,” ujar Mustofa.

Dari ratusan relawan tersebut, Mustofa menambahkan, hingga kini terdapat 60 orang yang aktif mendampingi setiap menggelar roadshow.

“Terhitung sejak Desember tahun lalu, sampai sekarang kita telah menggelar 23 kali kunjungan roadshow ke berbagai tempat di Surabaya, seperti sekolahan, mall, kampung, komunitas dan beberapa even,” katanya.

Karena memiliki banyak relawan, Mustofa membaginya ke dalam sejumlah divisi sehingga dalam setiap kunjungan roadshow tiap relawan punya peran masing-masing dalam rangka mengajak masyarakat untuk turut melestarikan permainan tradisional anak-anak.

Di antaranya ada divisi dongeng, lapak baca, dan jagongan sejarah Surabaya, selain divisi dolanan anak-anak itu sendiri.

“Jadi di tiap kunjungan, kami membuka lapak buku bacaan anak-anak, lalu ada yang mendongeng, serta juga menggelar jagongan sejarah Surabaya. Selain itu sosialisasi tentang permainan tradisional anak-anak tetap kami lakukan dengan membawa peralatannya untuk dimainkan bersama,” katanya.

Dia mencontohkan, roadshow yang rutin digelar setiap minggu sejak bulan Desember lalu hingga sekarang adalah di acara “car free day” Jalan Tunjungan Surabaya.

Lilian Arisianti adalah salah satu relawan yang selalu aktif hadir menemani di setiap roadshow. Mahasiswi jusuran Sastra Indonesia Universtias Airlangga Surabaya asal Gresik, Jawa Timur, ini mengku tertarik terjun sebagai relawan karena prihatin melihat anak-anak zaman sekarang yang lebih asik bermain “game online” lewat gawai.

Bagi dia, ada filosofi yang hilang ketika anak-anak mulai meninggalkan permainan tradisional dan beralih ke “game online” melalui gawai.

Filosofi yang dimaksud adalah terkait dengan pembelajaran sopan santun anak, selain juga hubungan interaksi anak dengan masyarakat yang khususnya lebih dewasa.

“Karena dalam permainan tradisional ini anak-anak butuh teman untuk memainkannya. Sedangkan game online di gawai anak-anak cukup memainkannya sendirian,” katanya.

Lilian mencontohkan, ketika seorang anak butuh teman bermain untuk memainkan permainan tradisional, dia pasti pergi ke rumah temannya.

“Saat tiba di rumah temannya, seorang anak ini pasti bertemu dengan orang tua temannya. Interaksi terjadi di sana dan sekaligus ada pembelajaran sopan santun,” katanya.

Dia menjelaskan, cara berkomunikasi antara seorang anak dengan temannya tentu beda ketika anak ini berkomunikasi dengan orang tua temannya.

“Seorang anak zaman kita dulu pasti berkomunikasi lebih santun ketika berbicara dengan orang tua. Hal-hal yang seperti ini sudah tidak terjadi lagi pada anak-anak zaman sekarang,” ucapnya.

Sebagai relawan di Komunitas Kampoeng Dolanan Kenjeran, Lilian Arisianti dipercaya sebagai Ketua Divisi “Dolanan Rek”. Di posisi ini, dialah yang paling sering berinteraksi dengan anak-anak di setiap kunjungan roadshow dalam memperkenalkan berbagai jenis permainan tradisional tersebut.

Dia mengakui anak-anak yang dijumpainya di berbagai kampung atau sekolahan pada awalnya merasa asing dengan jenis permainan tradisional.

Namun, menurut dia, anak-anak cepat beradaptasi. “Tidak susah mengajarinya, karena kami, para relawan dan anak-anak bermain bersama. Anak-anak tinggal mengikuti saja dan mereka tidak susah untuk cepat beradaptasi dengan berbagai jenis permainan tradisional yang kami kenalkan,” katanya.

Pada akhir pekan, Jumat (6/5), Komunitas Kampoeng Dolanan Kenjeran menggelar roadshow di SDN Rangkah IV Surabaya pada jam pulang sekolah, antara pukul 13.00 – 15.00.

Tampak puluhan anak-anak dari SD setempat antusias mengikutinya. Mereka bermain engkle, tarik tambang, balap karung, boi-boian dan lain sebagainya, yang dimainkan bersama dengan para relawan.

Kaila Rafida Mulia, siswi Kelas 4 SDN Rangkah IV Surabaya, mengaku beberapa permainan tradisional yang dikenalkan oleh para relawan tersebut tergolong baru baginya.

“Ini tadi main engkle, tarik tambang, lompat tali, sama balap karung, ya baru main di sini itu tadi,” katanya.

Menurut siswi yang tinggal di Kampung Kapas Madya Surabaya itu, sebenarnya ada beberapa permainan tradisional yang pernah dikenalkan oleh orang tuanya di rumah.

“Bundaku pernah ngajari main bola bekel sama dakon. Sampai sekarang kalau dua permainan ini saya masih sering memainkannya bersama bunda di rumah. Tapi kalau permainan lompat tali, engkle dan beberapa yang lainnnya ini tadi baru kali ini memainkannya,” katanya.

Lilian menambahkan, dalam upaya melestarikan permainan tradisional anak-anak ini, sebenarnya dia bersama komunitasnya bukan berarti anti dengan kehadiran teknologi gawai, yang di dalamnya terdapat “game online”.

“Apapun, kehadiran teknologi gawai tetap bagus. Kita pun masih membutuhkan gawai. Untuk membranding upaya pelestarian permainan tradisional ini pun kita juga menggunakan gawai,” katanya.

Dia hanya berharap permainan tradisional yang dulu kerap dimainkan di masa kecilnya tetap dimainkan oleh anak-anak zaman sekarang karena menurutnya berbagai jenis permainan tradisional tersebut penuh dengan pembelajaran filosofi bagi perkembangan anak-anak di masa yang akan datang.

Sumber: SURABAYA BISNIS

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *