Ade Rifai: Lepas Kemapanan Demi Bangun Kota Kelahiran

Anak muda Indonesia, coba tanya pada diri sendiri, apakah kalian rela berhenti dari pekerjaan kalian, kembali ke kota kelahiran, dan membuat perubahan untuk membangunnya? Rasa-rasanya pertanyaan ini sulit sekali untuk dijawab. Tetapi tunggu dulu, pertanyaan ini ternyata tidak sulit dijawab oleh seorang Ade Rifai. Pemuda kelahiran tahun 1992 ini rela melepas kemapanan dan kembali ke kotanya di Indramayu, Jawa Barat, demi melakukan banyak perbaikan.

Ditemui lewat percakapan telepon, pemuda yang biasa dipanggil dengan sebutan Ade ini mengaku kalau keberaniannya ini muncul karena rasa prihatinnya atas keadaan kotanya yang mendapat predikat daerah termiskin kedua di Jawa Barat. Kata Ade, begitu banyak permasalahan yang ada di kotanya itu, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga masalah gizi, yang semuanya saling berkaitan. Dan satu hal lainnya yang ia juga soroti, yakni soal rendahnya kepedulian anak muda di Indramayu akan lingkungan sekitarnya.

“Saya lihat tuh pemudanya enggak ada yang aktif. Angka putus sekolah di daerah ini tinggi, maksudnya di daerah kecamatan Pancadarma cukup tinggi. Ada juga masalah lainnya, seperti masalah pergaulan, minum-minuman keras, hingga penggunaan narkotika,” ujar Ade.

Setelah resmi resign dari kantornya pada 2015 lalu, ia langsung kembali ke Indramayu. Di sana ia memulai langkahnya dengan mendirikan sebuah gerakan atau komunitas yang ia beri nama sama dengan daerahnya, yakni Pancadarma Indramayu. Melalui komunitas ini ia himpun anak muda setempat untuk bergerak bersamanya. Bahkan hal ini ia lakukan door to door atau mendatangi rumah-rumah pemuda secara langsung dengan bantuan teman lamannya di Pancadarma.

Akan tetapi langkah awalnya ini tidak berjalan mulus. Ada kesulitan yang mesti ia hadapi. Ia kesulitan mengajak anak-anak muda ini untuk memberikan kontribusi untuk masyarakat. Tentu hal ini bukan tanpa sebab, Ade sadar betul kalau masalah ekonomi atau kemiskinan di daerahnya ini mendorong motivasi ekonomi jauh lebih tinggi ketimbang motivasi memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Tambahnya, “Ini salah satu faktor yang membuat organisasi dan komunitas di Indramayu sulit berkembang. Sukar sekali cari anak mudanya, karena kesadarannya akan kegiatan seperti ini (sosial) masih rendah. Abis sekolah tinggi mereka sibuk cari kerjaan kan untuk penuhi kebutuhan ekonomi.”

Akan tetapi ia tak jatuh dipukul mundur karenanya. Ia terus gigih hingga akhirnya menemukan enam pemuda yang punya keinginan sama dengannya. Segera ia dan teman-teman barunya ini menciptakan program awal mereka, yakni aksi bersih-bersih sampah di empat pantai di Indramayu. Hal ini mereka lakukan untuk melawan sampah wisata di sejumlah pantai Indramayu yang merupakan daerah dengan garis pantai terpanjang.

Dan syukurlah, aksi pertama Ade dan teman-teman dalam komunitas disertai kegigihannya membuat komunitasnya berdiri kokoh hingga saat ini dan bahkan terus melakukan banyak perubahan ke arah lebih baik di Indramayu. Tercatat 30 orang yang kini bergerak bersama Ade menjadi relawan dan tentu jumlahnya terus bertambah. Program pendidikan juga dilancarkan, yakni pendirian sekolah Pancadarma. Sekolah ini bukan sekolah formal, melainkan sekolah skill dan ternyata sudah ada beberapa yang berhasil lulus.

Meski harus melepas kemapanannya dan pekerjaannya di kota besar Jakarta, Ade mengaku kalau ia justru merasa puas dengan keputusan yang ia ambil ini. Ade mengaku, melalui Pancadarma Indramayu, ia memiliki banyak kesempatan untuk bertemu banyak orang di kota kelahirannya. Bahkan ia merasa kalau yang ia lakukan ini adalah kesempatan untuknya membalaskan budi baik negara kepadanya.

“Saya itu berhutang kepada negara. Saya disekolahkan negara, tapi saya tidak ingin menjadi seorang PNS, saya hanya ingin mengabdi saja dan ini cara pengabadian yang saya tempuh,” ujar pria yang kini berprofesi sebagai guru SMK Vokasi di Indramayu ini.

Tak rasa puas yang ia dapat, kata Ade, Ia juga mendapat respon positif dari teman-teman. Kedua orang tuanya juga sangat mendukung apa yang ia lakukan. Banyak teman Ade yang berdecak kagum melihat aksi Ade bersama Pancadarma Indramayu. Teman-temannya merasa tersentuh dengan aksi Ade. Katanya, mereka jadi berpikir hal baik lain apa yang juga bisa mereka lakukan.

Namun seiring perjalanan bersama komunitasnya, Ade mengatakan kalau tantangan itu pastinya akan terus ada, tak hanya di awal pendirian komunitasnya saja. Misalnya yang satu ini, soal SDM atau Sumber Daya Manusia komunitasnya atau relawan. Ini menjadi tantangan bagi Ade karena melihat lingkungan Indramayu yang belum terbiasa akan kegiatan kerelawanan dan kegiatan sosial.

Seperti yang disebutkan sebelumnya kalau kini Ade menjalankan profesi sebagai guru SMK di Indramayu. Hal ini diliriknya juga jadi sebuah kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik dan nilai-nilai ajakan untuk berkontribusi lewat kegiatan sosial. Penanaman nilai ini dinilainya cukup berdampak, bahkan hingga ke luar Indramayu. Berkat Pancadarma Indramayu, banyak muridnya yang dari luar Indramayu tergerak untuk bergabung dengannya.

“Banyak yang dari luar Indramayu ingin bergabung. Katanya mereka sudah lama sekali menantikan hal seperti ini. Katanya mereka menantikan wadah ini. Namun saya lebih menyarankan kalau mereka membuat gerakan baru di kota/wilayahnya supaya sama-sama membangun daerahnya,” kata pria lulusan UPI Bandung ini.

Ia berharap gerakan yang ia dirikan di Indramayu ini semakin berkembang dengan program-program yang sedang direncanakan Ade dan teman-temannya. Dan ia juga berharap kalau gerakan ini nyata semakin menggerakan hati pemuda di kotanya itu memberikan kontribusi sosial.

Ia juga ingin menjadikan Indramayu maju di bidang pendidikannya dengan melancarkan beragam kegiatan pendidikan dan kerja sama mengentaskan putus sekolah dengan pemerintah Indramayu, serta memperbaiki gizi masyarakat, dan menonjolkan nilai-nilai atau identitas budaya Indramayu.

“pemuda di sini sudah mulai berpartisipasi dalam gerakan sosial. Beberapa di antara mereka adalah pecandu minuman keras misalnya, katanya dari gerakan ini mereka tertolong. Bahkan kepercayaan orang tua di kota ini sudah mulai tumbuh, mereka menitipkan anak-anaknya untuk di bina di Pancadarma Indramayu,” tutupnya.

 

Dokumentasi: Ade Rifai 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *