Indonesia Vegetarian Society; Hidup Sehat untuk Bakti kepada Sesama

Tak hanya membiasakan diri dengan pola hidup sehat, anggota Indonesia Vegetarian Society (IVS) Kota Manado juga ikut aktif membantu masyarakat kurang mampu dan melakukan bakti sosial seperti donor darah demi membantu sesama.

“Saat mulai terlibat dalam komunitas ini 11 tahun silam, saya sendiri merasa sangat bangga dan senang bisa ikut membantu masyarakat yang berkekurangan, misalnya dengan memberikan bingkisan sembako. Jadi, di komunitas ini, kami tak hanya membiasakan diri hidup dengan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan nabati, tapi juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial,” kata Erfandy Lagonda, Koordinator IVS Kota Manado, Sabtu (30/9/2017).

Pria 38 tahun itu mengaku sangat bugar dan sehat ketika mengonsumsi makanan nabati. Sehingga berkat yang ia terima tersebut dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan positif lainnya, misalnya, dengan ikut mendonorkan darah dalam bakti sosial hingga bagi‑bagi sembako ke pelosok‑pelosok di Molompar dan Pandu.

Dikatakan Erfandy, IVS adalah organisasi vegetarian Indonesia yang bersifat nirlaba, yang berdiri di Jakarta pada 8 Agustus 1998. IVS telah terdaftar menjadi anggota Internasional Vegetarian Union (IVU) sejak tahun 1998.

Kini IVS sudah memiliki 50 cabang di Indonesia, termasuk di Kota Manado, Sulawesi Utara, dengan jumlah komunitas mencapai 100 orang.

“IVS juga berperan menyebarluaskan informasi seputar kehidupan vegetarian di Indonesia dan mengembangkan cinta kasih universal untuk menyelamatkan dunia serta planet bumi melalui vegetarianisme,” ujarnya.

Dalam misinya untuk memasyarakatkan vegetarianisme, IVS, kata Erfandy, mengadakan berbagai kegiatan, seminar vegetarian yang menghadirkan ahli gizi, dokter, serta ahli lingkungan hidup.

Kegiatan lainnya yakni festival dan demo masak yang memperkenalkan resep‑resep masakan vegetarian Nusantara juga internasional.

Mereka juga menerbitkan dan menerjemahkan buku‑buku vegetarian (majalah info vegetarian, buku panduan vegetarian, buku resep masakan vegetarian, gizi vegetarian bagi bayi, anak, remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia) dan konsultasi seputar kehidupan vegetarian.

Sejak aktif di IVS, Erfandy merasakan banyak tantangan untuk mengajak masyarakat agar gemar mengonsumsi bahan makanan nabati.

Sebab  pola hidup konsumsi masyarakat di Sulawesi Utara, khususnya Kota Manado, yang gemar mengonsumsi apa saja untuk memenuhi kebutuhannya.

“Pola makan masyarakat di Kota Manado sulit diubah, sebab mereka biasanya makan apa saja. Jadi, ini menjadi tantangan tersendiri bagi komunitas untuk mengajak masyarakat gemar mengonsumsi bahan nabati agar lebih sehat,” jelas dia.

Beralih ke makanan nabati, menurutnya, sangat penting. Dari data Kementerian Kesehatan RI, Sulawesi Utara menempati peringkat ke‑3 terbanyak angka kematiannya akibat penyakit kolesterol, jantung, darah tinggi, dan asam urat.

“Riset yang dilakukan angka kematian di Sulawesi Utara sangat tinggi akibat penyakit jantung, kolesterol, hingga darah tinggi. Penyebabnya hingga penyakit itu muncul, karena masyarakat mengonsumsi apa saja. Jika diubah ke pola makan bahan nabati saja, angka kematian di daerah ini mungkin bisa berkurang, sebab masyarakat jadi lebih sehat,” tuturnya.

Di Kota Manado, jumlah komunitas vegetarian masih kurang dibandingkan dengan kota‑kota besar lainnya di Indonesia.

“Sosialisasi dan edukasi akan kami lakukan terus, sehingga semakin banyak masyarakat yang mengubah pola hidupnya agar menjadi lebih sehat,” ujar dia.

SUMBER: TRIBUN MANADO

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *