Para seniman berkumpul, membentuk komunitas, sudah jamak. Berkumpul berdasar kesamaan kegemaran yang sama. Sebut saja, para seniman lukis, atau seniman panggung, dan lainnya. Kesamaan hobi yang mengikat dan menguatkan interaksi antar mereka. Komunitas yang diusung kabarnya oleh Majalah SCG edisi ini bisa dikata unik, namun menarik. Komunitas ini tergabung semata ingin berkumpul menemukan wadah untuk pelipur ketegangan pikiran setelah seharian bekerja. Sketsa Pulang Kerja (SPK), komunitas yang usianya belum genap hitungan jari sebelah tangan.
Sejatinya, komunitas ini benar-benar komunitas yang casual, menjadi media pelepasan stress sepulang kerja, setidaknya demikian menurut Erel Maatita, 24 tahun, salah seorang yang membidani lahirnya komunitas ini. “Menggunakan media lukisan, baik manual maupun digital, kami berkumpul,” tambahnya. Komunitas yang rata-rata anggotanya memiliki bakat melukis ini, menilai kumpul-kumpul mereka di komunitas mampu menjadi oase dari kungkungan pekerjaan, apa-apa yang tidak bisa dilukis di kantor, mereka tumpahkan di SPK.
Anggota komunitas tidak semua berasal dari para pekerja seni. “Ada yang perawat, guru ngaji, dan profesi lain, jadi komunitas ini bebas sekali, tidak harus dari para pekerja seni,” jelas pria yang berprofesi sebagai illustrator lepas ini. Menurutnya, sebagian mereka justru bergabung untuk memetik manfaat bisa bergaul dengan para pekerja seni. Ingin lebih dalam mengenal dunia seni yang ditekuni menjadi bisnis.
Kata Erel, anggota yang murni berprofesi sebagai illustrator sangat sedikit. Usia anggota sementara ini mulai dari dua puluhan hingga jelang tiga puluhan. Paling banyak di kalangan mahasiswa. Di grup Line terdaftar 30 –an orang, sementara yang rutin datang setiap kali pertemuan sebanyak 20 -an orang. Sekilas muasal munculnya komunitas ini, kabarnya embrionya dari Bandung. Sekira pertengahan tahun lalu, komunitas ini menggelar acara kumpul-kumpul rutin seminggu sekali. Lokasinya berpindah-pindah, dari café ke café.
Di akhir 2016, komunitas ini dicoba untuk mengumpulkan peminat di kota ini. Sekira dua bulan jelang tutup tahun 2016, komunitas Sketsa Pulang Kerja Surabaya resmi lahir. Walau mulanya masih di kalangan teman-teman dekat, sesama alumni Desain Produk Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Sungguh di luar dugaan, acara kumpul-kumpul santai itu mendapat respon bagus. Maka mulailah berkumpul seminggu sekali, dengan anggota yang datang selalu di atas 15 orang.
Pertemuan dengan jangka seminggu sekali, dianggap terlalu pendek jedanya. Setelah melalui pertimbangan yang melibatkan semua, kemudian diputuskan, khusus komunitas Sketsa Pulang Kerja Surabaya, mengagendakan pertemuannya dengan periode 2 minggu sekali. Walaupun agenda pertemuan Komunitas Sketsa Pulang Kerja di kota-kota lain seminggu sekali.
“Jadwal pertemuan dua minggu sekali ini sangat baik, selain peserta yang datang lebih banyak, juga akan lebih banyak cerita yang bisa di- sharing. Rasa kangennya lebih banyak,” jelas Resha Purnamasari, 27 tahun. Tambahnya; anggota komunitas pun sepakat bertemu tiap 2 minggu sekali. Kemunculan komunitas sketsa pulang kerja di Surabaya, kemudian diikuti beberapa kota lain. Bisa dibilang SPK Surabaya menjadi trigger bagi kota-kota lain, seperti Depok, Bekasi, Jogja, dan Jakarta, yang lahir bulan lalu.
Informasi kumpul-kumpul biasanya disebar melalui sosial media. Ketika ditanya kenapa memilih hari Rabu, Resha menjawab; Rabu dipilih semata untuk memudahkan penyebaran informasi, sekaligus bersamaan dengan jadwal SPK serentak. Sehingga memudahkan bila harus ada koordinasi. Mereka menggunakan akun @sketsapulangkerja di Instagram, dan Sketsa Pulang Kerja di Facebook. Biasanya informasi disebar dalam wujud poster yang dibuat secara bergiliran antar anggota.
Resha mengisahkan apa saja kegiatan kumpul-kumpul. “Karena sama-sama pulang kerja, biasanya acara pertama adalah makan-makan bareng. Setelah perut kenyang, baru lanjut menggambar bebas. Sembari corat-coret biasanya saling bercengkramah, dan sharing banyak hal. Sebab goalnya untuk melepas stress, maka situasi dibuat ringan dan casual banget. Tanpa beban, gambar tidak harus bagus, bahkan tidak juga harus selesai,” urai, Game Ilustrator ini.
Di usia yang masih seumur Jagung, tak lebih dari 5 bulan, SPK Surabaya sudah mematok beberapa target. Di antara yang ingin direalisasikan, menggelar workshop seputar art bagi anggota hingga kalangan umum. Bahkan bercita-cita ingin menggelar pameran hasil karya anggota komunitas ini. “Daripada corat-coret sendiri di rumah, mending joint di Sketsa Pulang Kerja. Bisa nambah kenalan, bahkan bisa nambah ilmu seputar seni gambar. Siapa tahu, malah dapat info project!,” tukas Erel.
Bergabung komunitas ini tanpa syarat. Bagi mereka, berkumpul adalah obat pelepas lelah pikiran dan raga. Bekal wajib yang selalu mereka bawa hanyalah, buku sketsa, pensil, dan ballpoint. Pertemuan biasanya dimulai sepulang kerja, sekira pukul 19.00 WIB. Biasanya mereka memilih lokasi di café. Sketsa, sebagian mereka menyebut ide dasar alias draft, sementara yang lain berpendapat merupakan coretan ungkapan yang harus bebas. Paling penting dalam sketsa itu harus mampu mengkomunikasikan maksud. Sebab itu tidak harus bagus, corat-coret aja!
Sumber: JULA JULI