Komunitas Taksaka Bagikan Tips Sinau Aksara Jawa Kuna

MAGELANG, suaramerdeka.com – Anak-anak muda yang tergabung dalam Komunitas Aksara Kawi (Taksaka) tak ingin kemampuannya membaca aksara Jawa Kuna atau kawi hanya untuk diri sendiri. Mereka pun membagikan ilmunya kepada orang lain, terutama anak-anak muda yang berminat.

Seperti dilakukan Nugroho Wibisono (32), anggota Komunitas Taksaka yang membuat pelatihan aksara Jawa Kuna di Museum BPK RI Magelang, Minggu (3/2). Selain sinau (belajar) bersama, pelatihan secara rutin ini juga wujud upaya pelestarian peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia.

“Sejak tiga tahun lalu kami adakan pelatihan dengan intensitas sebulan sekali secara gratis di dalam ruangan seperti di museum ini. Bisa juga di luar ruangan, seperti jalan-jalan ke tempat-tempat yang berbau budaya,” ujarnya di sela acara.

Dia mengatakan, awal mulai sinau bersama ini dari pengalamannya membuat pelatihan serupa di Sidoarjo Jawa Timur sekitar 4 tahun lalu. Reposnnya bagus, banyak yang ikut. Lalu ingin membuat hal serupa di Magelang dan gayung pun bersambut dengan respon yang juga positif.

“Mulanya tidak banyak yang tahu, lalu kami promosikan lewat media sosial sampai mulai banyak yang tahu. Kalau yang di dalam ruangan pesertanya memang tidak sebanyak saat di luar ruangan yang bisa sampai 50an peserta,” katanya.

Pelatih Aksara Jawa, Gunawan Agung Sambada mengaku, ikut melatih dalam kegiatan ini demi kejayaan nusantara di bidang bahasa. Juga rasa keprihatinan terhadap anak-anak muda masa kini yang nyaris tidak mengenal Hanacaraka. Padahal, aksara ini merupakan warisan budaya bangsa.

“Saya penjual miniatur yang kemudian bergabung di grup media sosial dan sering membahas temuan-temuan peninggalan jaman dulu dengan aksara Jawa Kuna yang kental. Peninggalan ini kadang bertuliskan aksara Jawa Kuna lengkap, tapi seringnya tidak lengkap,” paparnya.

Selain di Magelang, alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) jurusan  Antologi itu juga kerap mengisi pelatihan di Museum Tantular Sidoarjo dan Museum Sonobudoyo Jogja. Ia bertekad akan terus melatih siapapun yang ingin belajar aksara Jawa Kuna.

“Saya harap siapapun dengan latar belakang apapun bisa tertarik dengan aksara Jawa Kuna ini dan ikut melestarikannya demi kejayaan bangsa,” tandasnya.

Ika Dewi Retno Sari (48), salah satu peserta pelatihan mengaku, tertarik belajar aksara Jawa Kuna karena ingin menguasai warisan budaya asli bangsa itu. Selain juga karena memang berprofesi sebagai guru sejarah di Semarang, sehingga penting untuk menguasainya.

“Sangat penting belajar menulis huruf asli Indonesia ini untuk dapat mengetahui sejarah bangsa. Juga supaya dapat mengajarkan anak didik saya tentang sejarah aksara yang pernah membuat bangsa Indonesia ini jaya di masa lalu,” terangnya yang sudah mengikuti pelatihan ini sebanyak tiga kali.

 

Sumber : Suara Merdeka

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *