Komunitas Medan Speedcuber Raih Banyak Prestasi Internasional

Siapa yang tidak kenal dengan permainan Kubus Rubik, permainan teka-teki mekanik yang ada sejak 1974 tersebut, merupakan salah satu permainan yang cukup populer baik kalangan anak muda hingga orangtua.

Bermain Rubik tidaklah mudah, sebab memiliki rumus-rumus serta strategi tertentu untuk membuat warna disetiap sisi menjadi sama rata, sehingga tidak jarang orang yang sudah memutar rubik sulit untuk mengembalikannya seperti semula.

Meski di Medan Rubik tidak begitu populer, terdapat suatu komunitas pemain rubik yang anggotanya diisi oleh pemain-pemain rubik handal.

Sehingga tidak heran anggota komunitas ini telah meraih ratusan medali skala nasional hingga Internasional, mereka menamai diri Medan Speedcubing.

Saat berbincang dengan tribun medan, Admin komunitas, Michael mengatakan bahwa komunitas Medan Speedcuber sudah ada sejak tahun 2009, awalnya komunitas tersebut bernama Medan Cubers Community, dan berubah nama menjadi Medan Speedcuber tahun 2017, dan di 2018 berganti lagi menjadi Medan Speedcubing

“Medan Cubers Community ini didirikan oleh beberapa orang. Kebanyakan sudah pensiun, tetapi yang masih bertahan ada : Wilson Alvis(22), Angeline Wijaya (20), Vincent Jovian (23) Bertahun tahun berjalan, banyak yg meninggalkan kota Medan. Kemudian ada Firstian Fushada (17), membentuk grup baru Medan Speedcuber di line dan berhasil membuat pemain pemain baru tertarik utk bergabung,” katanya, Kamis (11/6/2019)

Ia bercerita setelah 1 tahun berjalan, member lama bernama Wilson Alvis dan Angeline Wijaya kembali ke grup Medan Speedcuber dan bekerja sama dengan Michael (18) yang sudah menjadi member medan speedcuber sejak 2017, mereka lalu mencoba memperbaiki kekurangan seperti membuat logo baru, akun instagram, serta menggelar lebih banyak kompetisi.

“Kita tetap konsisiten berjalan dan membentu komunitas ini karena memiliki hobi yang sama yaitu menyelesaikan cube,” katanya.

Tujuan utama dibenyuknya komunitas ini selain untuk menambah wawasan serta relasi juga dimanfaatkan untuk bertukar pengetahuan dan tehnik bermain rubik. Michael mengatakan untuk saat ini anggota didominasi oleh pelajar dan mahasiswa

Meski demikian Michael mengatakan siapapun boleh bergabung dengan komunitas tanpa ada persyarakat umur, pekerjaan atau apapun.

“Bagi kami keberadaan komunitas ini sangat penting, karena ini permainan yang mempertemukan kita dengan lawan asli, tidak secara online seperti kebanyakan permainan jaman sekarang, Banyak pelajaran yang bisa didapatkan, terutama mengenai tidak ada diskriminasi satu sama lain, karena ketika sekelompok orang memiliki hobi yang sama, mereka dianggap sama,” katanya

Ratusan Kejuaraan Nasional Hingga Internasional

Michael mengaku hingga saat ini anggota komunitas telah meraih ratusan prestasi baik skala nasional hingga Internasional.

“Untuk saat ini berkisar 126 medali emas, 116 medali perak, dan 102 medali perunggu dari berbagai lomba baik nasional maupun internasional,” katanya.

Untuk saat ini kata Michae, anggota sedang fokus berlatih untuk mengikuti kompetisi kejuaraan dunia.

“Ada Angeline Wijaya, Firstian Fushada, Michael akan berkompetisi di kejuaraan dunia, Kemudian ada Wilson Alvis yang akan berkompetisi di kejuaraan nasional bulan agustus nanti,” katanya

Ia berharap agar anggota Medan Speedcubing dapat menorehkan prestasi yang lebih banyak lagi dan menyelenggarakan kompetisi besar, sehingga menarik perhatian peserta lebih banyak lagi.

Selain itu para anggita komunitas berharap agar pemerintah memberikan perhatian dan dukungan kepada komunitas rubik Indonesia.

“Kami berharap pemerintah memberikan perhatian atau dukungan kepada komunitas rubik di Indonesia. Kami akan terus mempromosikan kegiatan speedcubing kepada kementerian pemuda dan olahraga,” pungkasnya.

Penulis: Gita Nadia Putri br Tarigan
Editor: Royandi Hutasoit

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *