Mengenal Konde Sartika, Komunitas Literasi Khusus Perempuan untuk Memajukan Literasi di Tasikmalaya

Literasi di Indonesia saat ini sedang digencarkan dan banyak anak muda yang membuat gerakan untuk menghidupkan literasi masyarakat, salah satunya komunitas Konde Sartika Tasikmalaya.

Sebagai komunitas yang bergerak di bidang literasi, Konde Sartika sangat menunjang terciptanya budaya di daerah tersebut.

Febriyanti Tanjung Rezki, sebagai ketua memaparkan tujuan dibentuknya komunitas ini tak lain untuk menyebarkan energi literasi, berbagi pengetahuan dan berkontribusi untuk masyarakat.

Tanjung mengatakan kepada PikiranRakyat-Tasikmalaya.com, bahwa Konde Sartika berbeda dengan komunitas literasi lainnya, karena anggota komunitas ini dikhususkan untuk perempuan.

“Mengapa dikhususkan untuk perempuan, karena tidak semua perempuan nyaman bergabung atau berkumpul bersama lawan jenis, ada yang takut untuk berpendapat karena culture yang masih kurang terhadap laki-laki dan perempuan. Jadilah kita menjadi wadah untuk para perempuan,” papar Tanjung.

Kegiatan Konde Sartika setiap bulannya terbagi menjadi tiga kegiatan. Pertama, arisan buku untuk mereview buku yang sedang dibaca.

“Diberi nama arisan buku karena nama yang keluar harus mereview buku yang sedang dibaca. Jadi setiap arisan, member konde wajib membawa 1 buku yang sedang dibaca, lalu apabila namanya keluar, nah dialah yang mereview buku,” jelas Tanjung Senin, 17 Februari 2020 malam.

Lalu kegiatan kedua, ada dialog antar-puan. Dialog antar-puan ini semacam pemberian materi yang dilanjut dengan diskusi.

Satu orang ditunjuk atau memberanikan diri menjadi leader untuk materi yang diberikan, lalu selanjutnya diskusi mengenai tema yang menjadi pembahasan.

Ketiga, kontribusi atau terjun langsung ke masyarakat.

Komunitas Konde Sartika berdiri pada tahun 2017. Ia pun kemudian menjelaskan asal-usul dibuatnya komunitas ini.

“Dulu founder kita, Teh Inggri punya keresahan terhadap perempuan. Keresahan akan patriarki dan kesetaraan. Sampai pada akhirnya hadirlah konde untuk mewadahi para puan untuk menyuarakan suaranya,” jelas Tanjung.

Ditanya mengenai waktu dan lokasi kumpulan, Tanjung menyebut, kumpulan komunitas Konde dulunya tentatif dimana saja, dan biasanya sambil ngopi.

Namun, sekarang rutin di perpustakaan atau di tempat terbuka seperti alun-alun.

Waktu kumpulan biasa diadakan seminggu sekali, mulai dari pukul 8.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB.

Tercatat, hingga Februari 2020, member Konde Sartika Tasikmalaya yang aktif ada sebanyak 34 orang.

Komunitas ini terbuka untuk siapapun yang ingin mendaftar.

Tanjung menyebut, bagi yang ingin bergabung, langsung saja ikut arisan atau diskusi antar puan yang sering di-share di akun instagram untuk mengetahui tempat dan waktunya.

Diakhir wawancara, Tanjung berharap komunitas yang diketuainya ini punya bisa lebih berkontribusi dan konsisten terhadap apa yang sedang dijalani.

“Terus kedepannya semoga para puan mampu menampung diri, bebas untuk menerima hak dan melaksanakan kewajibannya,” pungkas Tanjung yang juga berharap Konde Sartika ke depannya bisa memiliki sekretariat dan perpustakaan sendiri.

Oleh Suci Nurzannah Efendi

Artikel ini telah tayang di Pikiran Rakyat

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *