Kiprah Komunitas Kawan Membaca Solo

Kawan Membaca adalah komunitas literasi di Kota Solo yang membuka lapak baca gratis. Komunitas ini mendorong gerakan cinta membaca.

Kawan Membaca menyediakan buku-buku bacaan untuk berbagai usia dan kalangan. Lapak baca ini dibuka di berbagai tempat, salah satunya di depan Balai Kota Surakarta setiap Sabtu dan Minggu malam. Tujuannya agar dapat dimanfaatkan masyarakat yang sedang menghabiskan akhir pekan. Kawan Membaca awalnya dicetuskan oleh Fadhlurohman Arkhan, Zebrian Fajar, Danang Tri Prabowo, dan Rendy Pramudita.

Arkhan mengaku, ide membuka lapak baca ini bermula dari keprihatinan mereka terhadap minat dan kecintaan masyarakat kota Solo pada buku. Banyaknya pengguna telepon pintar, membuat masyarakat, khususnya anak-anak muda semakin acuh pada buku. Mereka juga memiliki kepercayaan bahwa jalanan adalah guru dan buku terbaik.

Berangkat dari hal tersebut, komunitas ini mulai membuka lapak baca sejak 18 Maret 2019. Mereka bermodal buku-buku milik anggota komunitas. Dari yang semula hanya memiliki 25 buku, kini Kawan Membaca sudah memiliki lebih dari 400 ratus buku.

”Koleksi buku-buku ini sumbangan dari donator yang kami temui saat membuka lapak baca di jalanan. Genre-nya macem-macem. Dari buku pengetahuan, filsafat, novel, komik, dan buku cerita anak-anak,” jelas Arkhan ditemui saat membuka lapak baca di depan Balai Kota Surakarta, Jumat malam (7/2).

Anggota komunitas Kawan Membaca mayoritas dari kalangan mahasiswa yang asal kotanya berbeda-beda. Tidak hanya dari Surakarta, ada juga anggota yang berasal dari Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen. Mereka mempunyai cita-cita yang besar untuk meningkatkan literasi anak-anak muda di Kota Bengawan dan kota sekitarnya.

”Untuk menjadi anggota, kita tidak perlu repot tes maupun seleksi, cukup dengan sering-sering datang dan turut berkontribusi pada kegiatan komunitas, maka sudah bisa menjadi anggota,” jelas mahasiswa semester IV Jurusan Manajemen Universitas Islam Batik (Uniba) Surakarta itu.

Banyak agenda yang mereka gelar. Tidak hanya tentang membaca buku, tapi juga diskusi dan bedah buku. Mereka juga melibatkan komunitas lainnya, misalnya komunitas pejalan, Sosial Art dan koperjas (Komunitas Perpustakaan Jalanan Solo). Selain itu ada juga kegiatan mewarnai, khusus untuk anak-anak yang senang berkreasi.

Danang, 21, salah seorang anggota mengaku banyak mendapat pengalaman suka maupun duka selama bergabung dengan komunitas ini. Terutama saat menggelar lapak baca. Dia pernah kehilangan buku kesayangannya. Tidak hanya satu, tapi tiga sekaligus.

”Memang tidak ada prosedur maupun jangka waktu peminjaman buku. Tapi kami tetap senang bisa memberi manfaat bagi orang lain,” jelas alumni SMK Bina Patria 2 Sukoharjo itu.

Lantas bagaimana mereka meminjamkan koleksi bukunya? Hanya bermodal kepercayan saja dengan peminjamnya. Biasanya mereka hanya meminta calon peminjam untuk direct message (DM) di Instagram Kawan Membaca. Kemudian menyantumkan nama, nomor telepon, dan judul buku yang akan dipinjam.

”Untuk jangka waktu, seselesainya buku itu dibaca dan untuk pengembalian bisa dikembalikan saat bertemu di lapak selanjutnya,” tandas Arkhan. (mg3/mg4/mg5/adi)

Editor : Perdana

Artikel ini disadur dari Radar Solo

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *