Pokemon GO Indonesia; Saat Nostalgia Menelurkan Sebuah Komunitas

Komunitas Pokemon GO Indonesia sebetulnya terbentuk jauh sebelum Pokemon Go dirilis secara global. Lucunya, komunitas ini terbentuk karena soal hoax yang terjadi pada saat tanggal 1 April 2016, yakni April Mop. Bahkan, komunitas ini telah mengadakan gathering rutin di tempat-tempat umum yang ramai di Ibukota, seperti GBK dan Monas.

Bahkan sebelum resmi diluncurkan di Tanah Air, gaung Pokemon GO sudah menyihir khalayak ramai, dari berbagai kalangan hingga usia. Game mobile buatan Niantic Labs tersebut sampai-sampai sudah diunduh secara ilegal oleh banyak pemain asal Indonesia. Ini jelas menandakan bahwa Pokemon GO menjadi sebuah euforia besar.

Pokemon, siapa yang tidak tahu nama ini. Jauh sebelum Pokemon GO hadir di jagat permainanmobile, lebih tepatnya pada tahun 2002, Pikachu dan teman-temannya telah ‘menginvasi’ ranah global dengan gempuran franchise dalam format serial anime dan game handheld.

Seiring waktu berjalan, Pokemon terus tumbuh sebagai salah satu seri entertainment yang patut dinikmati, atau juga bahkan dikoleksi bagi penggemarnya. Tak heran, kebanyakan pemain Pokemon GO berasal dari generasi yang tumbuh di era 2000-an awal dan terbawa nostalgia kala kembali memainkan game ini.

Kini, gegap gempita Pokemon yang sempat terjadi pada 14 tahun lalu kembali terulang. Pokemon GO sukses menyita perhatian masyarakat, dari yang sudah lama menantikan gamedengan teknologi augmented reality (AR) ini, sampai kalangan yang kadung penasaran seperti apa sensasi menangkap monster Pokemon lewat game tersebut. Tak ayal, Pokemon GO sukses menjadi sebuah nostalgic tool yang tidak hanya meledak di Indonesia, namun juga di dunia.

Meski kehadirannya masih seumur jagung di Indonesia, Pokemon GO sudah menelurkan sebuah komunitas dengan basis pemain yang cukup besar. Seolah tak main-main, komunitas ini bahkan mengukuhkan diri mereka sebagai komunitas Pokemon GO terbesar di Tanah Air.

 

Terbentuk karena April Mop

Sulhan mengungkapkan, komunitas Pokemon GO Indonesia sebetulnya terbentuk jauh sebelum Pokemon GO dirilis secara global. Ia pun mengenang kisah lucu kala komunitas ini didirikan, yakni terbentuk karena hoax pada 1 April 2016. Ya, bertepatan dengan April Mop.

“Kami terbentuk saat hoax April Mop dari pihak Google. Kabarnya, mereka akan membuat gamePokemon yang terasa nyata di Android. Nah, saat itu bisa dibilang kami tertipu dan telanjur semangat menjaring banyak anggota. Meski masih rumor, akhirnya kami teruskan untuk membahas hal-hal yang ‘berbau’ Pokemon,” kata Sulhan.

Sulhan melanjutkan, komunitas Pokemon GO lanjut eksis sampai akhirnya Niantic merilis versi beta dari Pokemon GO. Di situlah, anggota komunitas dari seluruh Indonesia mulai ‘bergerilya’ menjajal serunya sensasi menangkap Pokemon virtual yang hadir di dunia nyata.

“Kami betul-betul semangat. Senang berkumpul di tempat-tempat umum seperti area CFD, taman kota, sembari jogging pagi dan mengumpulkan sampah di area-area Pokestop,” ia menuturkan.

Meski komunitas Pokemon GO Indonesia masih relatif baru, Sulhan menjelaskan bahwa sebelum Pokemon GO hadir di Indonesia, sebetulnya sudah banyak komunitas-komunitas yang menggeluti permainan Pokemon.

“Namun komunitas-komunitas itu lebih menekuni game Pokemon (bukan Pokemon GO, red.) yang ada di handheld Nintendo 3DS. Saya juga penikmat Pokemon 3DS bahkan saya termasukmember-nya,” sambung Sulhan.

Komunitas sebagai Keluarga

Seperti yang sudah dijelaskan, komunitas Pokemon GO Indonesia memiliki anggota dengan jumlah yang cukup fantastis. Sulhan pun membenarkan hal tersebut. Terbukti, sampai artikel ini diturunkan, Pokemon GO Indonesia sudah mencatat lebih dari 200.000 member dari seluruh Indonesia.

Sulhan mengibaratkan komunitas Pokemon GO Indonesia sebagai sebuah keluarga. Meski visi dan misi utamanya adalah menjalin hubungan untuk berbagi tips bermain Pokemon Go dan bertarung antar sesama pemain, komunitas ini juga dibuat sebagai wadah networking sesama anggota.

“Dari 200.000-an member itu ada yang berasal dari Sorong, Papua. Meski sekarang banyak bermunculan komunitas Pokemon GO, untuk saat ini kami yang pertama dan terbesar di Indonesia. Kami juga punya fanpage di Facebook dan sudah memiliki 41 ribu anggota di situ,” papar Sulhan.

“Intinya, kami membuat komunitas ini juga untuk mempererat tali silaturahmi antar trainer(sebutan pemain, red.) Pokemon GO dan menciptakan lahan diskusi seputar Pokemon GO dan bahkan tempat ‘bernostalgia’ bagi yang rindu dengan Pikachu serta teman-temannya,” sambungnya.

Bermain sambil Berolahraga

Uniknya, komunitas ini juga diketahui rutin mengadakan gathering. Seperti diungkapkan Sulhan, komunitas Pokemon GO Indonesia sudah mengadakan beberapa kali gathering di area yang banyak terdapat gym dan Pokestop.

Tak tanggung-tanggung, mereka juga mengadakan gathering dalam bentuk aktivitas gerak jalan ketika berburu Pokemon.

“Kami sempat mengadakan gathering di tempat-tempat ramai seperti Gelora Bung Karno (GBK) dan Monumen Nasional (Monas). Banyak kok yang ikut. Responnya positif dan banyak yang berhasil menangkap Pokemon. Belum lama ini, kami juga melakukan gerak jalan dari GBK ke Plaza Semanggi. Lumayan, sambil berburu sama lewatin Pokestop, kan berolahraga juga, ” timpal Sulhan.

Ketika ditanyakan apakah Pokemon GO Indonesia memiliki data pemain dengan level tertinggi, Sulhan tidak dapat menjawabnya. Menurutnya, dengan banyaknya jumlah pemain yang terdaftar, Niantic Labs selaku pengembang memiliki data yang lebih akurat ketimbang komunitas lokal seperti mereka.

Untuk ke depannya, Sulhan berencana akan mengadakan “Battle Akbar.” Perhelatan ini akan melibatkan para pemain dari komunitas lain untuk mengadu Pokemon-nya.

“Mungkin hal ini akan kami lakukan setelah kami siap dan hubungan antar komunitas lainnya kuat. Yang penting, kami selalu menganjurkan kepada para trainer untuk bermain pada saat yang tepat dan terus berhati-hati,” pungkasnya.

Sumber: Daily Oktagon

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *