ATTIK sengaja hadir untuk mewadahi semangat filantropi dari berbagai kampus di Kota Medan yang memiliki keinginan untuk merangkul masyarakat dalam hal kegiatan sosial, dan sekaligus sebagai wujud bakti untuk amal jariyah di masa yang akan datang. Ketika itu dipilihlah suatu kegiatan untuk menjadi fokus ATTIK Sumut bersama dengan yakni pendidikan berbasis TIK, yang lebih dikhususkan lagi kepada guru-guru yang berada di daerah. “Mengapa guru? Karena dengan satu guru, satu ilmu bisa sampai kepada 20 hingga 50 siswa yang ada di dalam satu kelas. Di saat kita sebagai trainer memberikan ilmu mengenai TIK kepada guru-guru tersebut maka mereka juga akan mentransferkannya ke beberapa siswa yang lainnya,” ungkap Nurul Habibah selaku ketua ATTIK SUMUT.
Selain berfokus pada guru, ATTIK juga menggencarkan edukasi kepada siswa-siswi mengenai berbagai materi seperti internet sehat, blog dan banyak lagi lainnya. Tentunya hal tersebut masih sejalan dengan cita-cita Indonesia yang terdidik TIK. Nyatanya, atas proses panjang tersebut kini ATTIK telah mulai menorehkan perubahan demi perubahan yang diharapkan kedepannya bisa menjadi suatu pergerakan besar.
ATTIK sendiri dalam prosesnya mengaku banyak terjal yang harus dilalui termasuk di dalamnya tentang perjalanan yang harus ditempuh yang tidak semuanya mulus, jalanan bebatuan, becek setelah hujan dan lainnya tentu menjadi hambatan menuju daerah yang ingin dikunjungi dan diberikan pelatihan. Tetapi perjuangan tersebut terbalaskan dengan perubahan-perubahan yang telah berhasil diraih para guru-guru di daerah tertentu.
Sumber: Cerita Medan