Ayu Kartika Dewi: Bergerak Untuk Hapuskan Intoleransi di Indonesia

Ayu Kartika Dewi, lulusan pascasarjana DUKE University, Amerika, adalah Initiator dan Co-Founder dari Sabang Merauke, organisasi yang menyelenggarakan program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia, dengan tujuan membuka cakrawala anak-anak Indonesia untuk memahami pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka dan menanamkan nilai ke-bhinneka-an. Saat awal mendirikan organisasi ini sekitar tahun 2010-2011, dilatarbelakangi oleh pengalamannya saat menjadi guru SD di sebuah desa di lereng gunung di Maluku Utara, yang terkena dampak dari Kerusuhan Ambon-Poso 1999. Sejak kerusuhan yang menyebabkan ribuan nyawa melayang tersebut, banyak desa yang disekat, antara desa Islam dan desa Kristen. Walaupun hal tersebut dilakukan dengan tujuan mengurangi gesekan, namun akibatnya banyak anak-anak yang tumbuh tanpa pernah mengenal orang dengan agama yang berbeda.

“Pada suatu sore, ada isu bahwa kerusuhan akan muncul lagi di Ambon. Murid-murid saya berlarian panik menemui saya di depan rumah, dengan meneriakkan “Ibu, awas Ibu, kerusuhan sudah dekat!” “Hati-hati Ibu, banyak orang Kristen jahat! Nanti mereka bisa bakar-bakar kita pe rumah”.” Tutur perempuan yang pernah menerima beasiswa Keller dan Fullbright itu.

Percakapan itulah yang kemudian membekas dibenaknya, dan saat Ia kembali ke Jakarta berdiskusi dengan teman-temannya yang memiliki kegelisahan yang sama, hingga akhirnya mereka membentuk SabangMerauke, yang merupakan akronim dari Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali, pada tanggal 28 Oktober 2012, bersamaan dengan hari Sumpah Pemuda. Gerakan ini didirikan agar Indonesia lebih damai, maka harus ada lebih banyak anak Indonesia yang mengenal dan berinteraksi secara nyata dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda.

Tantangan terbesar pada awal pendirian yang Ia hadapi adalah menggalang dukungan, baik keikutsertaan dalam program sebagai peserta maupun dukungan finansial. Berkat kerja kerasnya selama hampir 4 tahun, kini setiap tahunnya bisa lebih dari 100 relawan yang ikut terlibat dalam gerakan ini. Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan tersebut, SabangMerauke melakakan beberapa cara, mulai dari proses regenerasi pengurus, crowdfunding (atau urunan uang) dan crowdsourcing (atau urunan bantuan non-uang), untuk mengatasi keterbatasan dana maupun material lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan.

Ayu yang saat ini selaku mentor pada Board of Directors SabangMerauke, merasa banyak sekali manfaat yang Ia dapatkan dengan mendirikan SabangMerauke. Salah satu hal yang selalu Ia ingat adalah ketika ada orang yang dengan tulus mengapresiasi SabangMerauke, seperti saat ada seorang relawan yang beragama Kristen dan beretnis Cina berkata, “mengharukan sekali ada orang-orang seperti Kakak yang begitu gigih memperjuangan keberagaman dan toleransi, yang sangat mempengaruhi kaum minoritas seperti saya”. Perkataan itulah yang selalu menjadi pengingat baginya bahwa di banyak tempat di Indonesia, dan juga di dunia, intoleransi masih melekat kuat.

Ia kemudian berharap agar SabangMerauke bisa menjadi organisasi yang semakin kuat dan besar, sehingga bisa terus memberikan dampak bagi Indonesia dan dunia. Selain itu, Ia berharap agar lebih banyak masyarakat Indonesia yang ikut memperjuangkan keberagaman dan toleransi, sehingga Indonesia akan menjadi tempat yang lebih damai untuk semua.

FOTO: DOK. Ayu Kartika Dewi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *