Pada tanggal 14 Februari yang lalu, rombongan Tuli bersama warga disabilitas berunjuk rasa untuk aksi publik/jalan santai dari 0 km sampai ke kantor gedung DPRD Jogja untuk memperjuangkan hak dan kesetaraan.
Sambil jalan-jalan bersama, mereka juga bernyanyi bersama. Lagu yang mereka nyanyikan berjudul “Indonesia Tanah Air Siapa?”.
Berikut lirik dari lagu tersebut:
Indonesia tanah air siapa
Katanya tanah air beta
Indonesia sejak dulu kala
Rakyatnya tetap menderita
Difabel tak mendapat akses
Perdanya tak tahu kenapa
Sekolah dia ditolak
Bekerja tidak diterimaIndonesia mikirin siapa
Dewannya tak dengar rakyatnya
Indonesia sibuk apa
Rakyatnya semua menderitaDifabel terjerat hak-haknya
Tak bisa hidup sejahtera
Dianggap jadi peminta-minta
Mereka jadi tak berdaya
Mereka berharap Yogyakarta dapat mewujudkan Pembangunan Inklusif melalui Penguatan Partisipasi Masyarakat sipil. Di peraturan daerah, sudah terdapat artikel mengenai akses disabilitas. Kenyataannya, masyarakat belum mendapati hal tersebut selesai diimplementasikan. Bila mengutip peraturan daerah, maka penyandang disabilitas di Yogyakarta seharusnya dihormati, dilindungi, serta dipenuhi hak-haknya.
Terdapat beberapa potongan spanduk, poster dan kertas yang ditulisi dan diusung oleh warga disabilitas sebagai media untuk menyampaikan aspirasi. Tidak sedikit pejalan kaki yang menonton aksi mereka. Mereka dengan semangat meneriakkan yel-yel dan dengan bahasa isyarat, mereka mengekspresikan “JOGJA ISTIMEWA, AKSESIBEL UNTUK SEMUA”.
Setelahnya, datang wakil ketua DPRD, Dinas Pendidikan dan Dinas Ketenagakerjaan untuk mendengarkan aspirasi mereka. Rombongan Tuli ingin sekali agar BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dan aksesibilitas difabel dimasukkan ke dalam Rancangan Undang-Undang Disabilitas. Mereka ingin agar tidak ada lagi diskriminasi bagi difabel manapun. Selain itu, mereka berharap agar akses informasi bagi tuna rungu dapat dipenuhi, tentu saja tanpa diskriminasi.
Narasi dan foto disadur dari sumber.