Koalisi Masyarakat Tolak Swastanisasi Air: Di Singapura Air Lebih Murah

‘Sembilan belas tahun privatisasi air. airku.. airku jadi rebutan pasar, airku jadi komoditas, airku jadi mahal, air ku jadi buruk kualitasnya. Saya perempuan, tinggal kenangan ember ini’

Penggalan puisi diatas, dibacakan seorang perempuan yang tengah menuntut hak atas air. Puluhan perempuan yang tergabung dalam koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMMSAJ) hari ini menyuarakan tuntutannya.

Mereka menamai diri sebagai perempuan tangguh, yang dalam aksi ini menuntut pemerintah menghentikan ‘penguasaan’ pengelola air oleh swasta. Mereka menyebut, kualitas air Jakarta selama ini sangat buruk.

“Kami perempuan merasa direnggut hak nya, kami semakin sulit untuk mengakses air bersih. Kami menolak privatisasi air oleh swasta,” kata Ketua Solidaritas Perempuan Jabodetabek, Elasari dalam orasinya di depan gedung Mahkamah Agung, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (3/6/2016).

Koalisi ini terdiri dari beberapa solidaritas diantaranya, Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (Kruha), Solidaritas Perempuan, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), ICW, FPPI Rakyat Kuasa, UPC dan JRMK Jakarta. Mereka membawa serta berbagai atribut, kentungan hingga patung serta ember dan gayung.

Dalam aksi ini, mereka juga membawa petisi yang telah ditandatangani oleh 8.251 warga Jakarta. Petisi ini kemudian diserahkan kepada Mahkamah Agung.

“Memperjuangkan hak dasar manusia yaitu air, bagaimana bisa kami beraktivitas jika air di Jakarta masih keruh. Kami sudah mengumpulkan petisi dan sudah ditanda tangani 8.251 orang. Warga Jakarta sudah daftarkan gugatan kasasi, kami harap hakim MA bisa memutuskan secara adil, dengan benar kepada warga Jakarta,” urai seorang aktivis dari ICW.

Perempuan-perempuan ‘tangguh’ ini tidak henti-hentinya meneriakkan keluh kesahnya. Mereka terus menyanyikan yel-yel yang berbunyi “tolak swastanisasi,”.

“Kami lelah, kami harus selalu menunggu air mengalir jam 3 dini hari. Itu pun air keruh yang kami dapatkan,” teriak mereka.

Dalam aksi ini, mereka pun mempertanyakan bagaimana bisa dengan harga tinggi sedangkan kualitas air sangat buruk. “Kami harus membayar Rp. 7.800 per meter kubik, ternyata Singapura dengan kualitas air sangat baik berhasil menekan harga air hingga Rp. 3.500, Jakarta punya harga paling tinggi di Asia Tenggara. Mengapa harga air begitu tinggi dengan kualitas air yang sangat buruk,” kata aktivis LBH Matthew Michele.

Sumber: detik

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *