Komunitas Peturing Sepeda Downhill; Eratkan Kekeluargaan Para Pecinta Sepeda Downhill

Banyak olahraga yang bisa menjadi pilihan untuk menjalani gaya hidup yang sehat. Salah satunya adalah berolahraga menggunakan sepeda kayuh. Bagi kebanyakan orang, menganggap bersepeda merupakan olahraga yang santai, menyegarkan dan membuat pikiran lebih fresh. Tapi,  jangan samakan dengan olahraga sepeda downhill. Olahraga ini sangat memacu adrenalin, karena mereka beraksi di atas ketinggian bukit dengan medan yang terjal.

Di Solo ada sekelompok orang yang menyukai olahraga ekstrem ini. Mereka biasanya beraksi dalam dengan touring mencari bukit-bukit terjal seperti di daerah Cemoro Sewu, Candi Ceto, Kopeng, Lawu, Ndeles, Sindoro, dan berbagai bukit lainnya. Mereka adalah Komunitas Peturing Sepeda Downhill. Komunitas ini dimulai sekitar tahun 2008. Anggota kelompok ini berkisar 30-an orang.

Komunitas Peturing Sepeda Downhill berkumpul karena memiliki kesamaan hobi. Mereka berasal dari banyak klub yang bergabung sering berkumpul dan sering gowes bersama. Saking seringnya, mereka seperti sudah memiliki sebuah wadah.

“Dulu itu hanya saya sering touring lalu banyak dari beberapa klub yang ikut, dan akhirnya kami seperti punya wadah. Tapi komunitas kami ini bukan organisasi yang punya kepengurusan,” ungkap Sesepuh Komunitas Peturing Sepeda Downhill, Sabarno di rumahnya, Sambeng, Solo.

Tidak ada persyaratan khusus untuk mengikuti aktivitas komunitas ini. Mereka tidak akan membedakan anggota berasal dari klub apa pun. Bagi mereka yang terpenting adalah memiliki hobi yang sama. Saat ini mereka biasa melakukan touring minggu kedua dan minggu keempat. Mereka seperti keluarga, sehingga keperluan saat mereka touring dilakukan secara bersama-sama.

Sadar Risiko

Saat melakukan aksi, mereka selalu memakai mobil pick up untuk membawa sepeda downhill yang akan dipakai. Kemudian pick up itu akan membawa mereka ke puncak tertinggi sepanjang keterjangkauan pick up. Barulah setelah itu Peturing beraksi dengan sepeda downhill menuruni bukit demi bukit.

“Sepeda ini tidak nyaman dipakai gowes di jalanan biasa. Memang sepeda ini didesain untuk turunan sehingga kami harus membawa pick up untuk bisa naik ke puncak,” ucapnya baru-baru ini.

Bagi Sabarno, setiap puncak yang dia naiki tidak ada yang tidak istimewa. Semua bukit memiliki keunikan masing-masing. Setiap bukit selalu ada tantangannya tersendiri. “Bagi saya semua bukit sama saja. Semua punya karakter masing-masing. Sehingga ada tantangan yang harus selalu kita taklukkan,” tandasnya.

Lelaki yang sudah sejak muda menyukai olahraga downhill ini mengaku tertarik karena suka dengan olahraga ekstrem terlebih dahulu. Baginya,  olahraga ini merupakan olahraga yang sangat laki. Selain itu, dia merupakan orang yang suka menaklukkan tantangan. Olahraga ini memang berbahaya, tak jarang dari mereka yang mengalami patah tulang. Tapi mereka yang melakukan memang sudah sadar bahwa itu merupakan  risiko yang akan diterima. “Kami sudah paham lah risiko olahraga ini apa, jadi ya kami siap kalau terjatuh,” jelasnya.

Oleh karenanya, dalam melakukan olahraga ini, mereka harus memperhatikan keamanan. Mereka harus menggunakan peralatan seperti deker kaki, deker lengan, body protector, pelindung leher, dan helm full face. Peralatan itu bagaimanapun akan meminimalisir risiko luka akibat kecelakaan. “Semuanya tergantung pada individu, harusnya kalau mau selamat harus memakai peralatan keselamatan,” tuturnya.

Tanggung Jawab pada Diri Sendiri

Saat beraksi anggota Komunitas Peturing Sepeda Downhill, setiap individu harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Mereka harus benar-benar berkonsentrasi dan menjaga keseimbangan.

Teknik yang mereka mainkan pun harus bagus. Yang terpenting menurut Sesepuh Komunitas Peturing Sepeda Downhill, Sabarno, baru-baru ini,  adalah ketika bermain haruslah memiliki keberanian. Setelah memiliki keberanian, mereka juga harus mau belajar dari teman. Kemudian harus sering latihan agar skill semakin terasah.

Sebagai seorang peturing, mereka harus paham dengan keadaan sepedanya. Mereka minimal harus bisa mengganti ban sepeda secara mandiri. Otomatis mereka harus membawa ban cadangan jika sewaktu-waktu ban meletus. Bagaimana pun, nyawa dari sepeda downhill adalah pada ban dan rem sepeda. Dua hal tersebutlah yang harus sangat diperhatikan.

“Semuanya saja minimal harus tahu kerusakan pada sepedanya. Mereka minimal juga harus bisa mengganti ban sepeda sendiri agar tidak merepotka teman yang lain,” jelasnya. 

Sumber: Joglosemar

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *