Komunitas Penggemar Fotografi Solo; Tidak Harus Punya Kamera Mahal

Image mahal selalu melekat pada hobi fotografi. Betapa tidak, masyarakat awam mengenal peralatan foto memiliki harga jutaan hingga puluhan juta per unit.

Namun, stigma mahal itu ingin sedikit dikikis oleh Komunitas Penggemar Fotografi Solo atau lebih dikenal dengan sebutan KPFS. Sebuah komunitas yang berdiri pada April 2002 lalu itu tidak pernah menuntut anggota-anggotanya untuk membekali diri dengan kamera, terlebih DLSR yang memiliki resolusi yang cukup tinggi.

Komunitas yang dipimpin Andrea Bagio, seorang pengusaha yang berdomisili di Jakarta itu hanya mewajibkan anggotanya memiliki keinginan untuk belajar memotret.

Ditemui di sela-sela acara workshop fotografi di salah satu tempat wedangan ternama di Kota Bengawan, Sekretaris KPFS, Bon Hidayat mengatakan, komunitasnya bukan kumpulan orang yang mengedepankan masalah materi.

“Di komunitas ini adalah wadah bagi masyarakat yang hobi fotografi. Artinya, ini sebagai tempat bagi teman-teman untuk belajar menghasilkan foto yang bagus dan memiliki nilai artistik yang tinggi,” ujarnya.

Karena hanya mewajibkan anggotanya memiliki kecintaan pada dunia foto, ada sebagian anggota yang tidak memiliki kamera. “Tidak semua anggota memiliki kamera. Bahkan, ada pula yang hanya bermodal kamera HP. Dan yang lebih seru lagi, anggota ada yang hanya bermodal memory card,” ujarnya.

Lantaran sudah kenal cukup lama, tak sedikit pula anggota meminjamkan kamera super canggih kepada rekan anggota yang lain. Saling meminjam kamera itu dilakukan lantaran sudah tumbuh rasa percaya di antara anggota.

Meski menjadi wadah untuk belajar bagi penghobi foto, namun tidak sedikit pula ada fotografer kenamaan di Kota Solo yang bergabung untuk memberikan ilmu kepada generasi mudanya.

“Tidak hanya fotografer atau orang yang hobi memotret, perancang busana, make up profesional, model juga ada yang menjadi anggota kami,” ujarnya.

Sumber: Joglosemar

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *