Komunitas Nalacity; Berikan Ruang Penderita Kusta Untuk Berkreasi

Beberapa waktu lalu, dunia baru saja memperingati hari kusta sedunia. Di tengah perkembangan yang begitu pesat, ternyata kusta masih menjadi masalah bagi beberapa negara termasuk Indonesia.

Bagaimana tidak, sudah hampir 70 tahun Indonesia merdeka, namun kusta yang merupakan penyakit kuno masih ditemukan di berbagai daerah.

Kebanyakan dari para penderita kusta maupun orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) masih mendapatkan diskriminasi dari masyarakat lainnya. Mereka seringkali sulit mendapatlan pekerjaan yang layak karena dikhawatirkan akan menularkan kusta kepada orang lain.

Melihat permasalahan sosial yang dialami penderita kusta di daerah Sitanala, Tanggerang, membuat Hafiza Elfira, Andreas Sanjaya, Alfi Syahriyani, Arriyadul Qolbi, dan Yovita Salysa pada 2011 mendirikan suatu komunitas berbasis proyek sosial yang diberi nama Nalacity.

Hasilkan Beragam Produk Handmade
Mulanya, Andreas, salah satu pendiri melihat banyaknya peminta-minta dan penyapu jalanan yang secara fisik berbeda dari yang pernah dilihatnya.

Melalui riset, kelima pendiri ini lalu mendapatkan fakta bahwa mayoritas penduduk yang tinggal di Sitanala merupakan OYPMK dan mengalami penolakan dari keluarganya akibat kecacatan fisik yang timbul saat menderita kusta. Mereka pun akhirnya membentuk kelompok dan tinggal di daerah yang berada di belakang Rumah Sakit Sitanala, Tanggerang.

Merasa tak tega dengan penghidupan yang harus dijalani mantan penderita kusta ini, Andreas dan kawan-kawan memutuskan untuk membuat sebuah bisnis sosial yang bisa berkontribusi untuk membantu perekonomian masyarakat Sitanala khususnya kaum ibu-ibu.

Salah satu pendiri yang ditemui Suara.com, Hafiza Elfira mengaku bahwa awalnya mereka melakukan pendekatan dengan masyarakat di Sitanala melalui ketua RT setempat. Setelah berdiskusi dan mendapatkan nasihat, mereka pun mulai melakukan pertemuan dengan ibu-ibu yang ada di perkampungan ini.

Diskriminasi, membuat ibu-ibu ini awalnya segan untuk menerima kerja sama dari tim Nalacity ini. Namun dengan segala upaya dan penjaminan yang diberikan Hafiza dan kawan-kawan, ibu-ibu akhirnya mau berkolaborasi untuk memproduksi aneka produk handmade, antara lain jilbab dan aksesori bros.

“Setelah melakukan sosialisasi dengan ibu-ibu di sana, ternyata kemampuan yang mereka miliki adalah menjahit. Kami pun memutuskan untuk memproduksi jilbab bros,” ujar Hafiza di bilangan Menteng, Jumat (30/1/2015).

Sejak kedatangan pertamanya di November 2011, komunitas Nalacity yang memberdayakan ibu-ibu mantan penderita kusta pun resmi terbentuk. Saat ini Nalacity telah memberdayakan dua puluh ibu-ibu yang secara aktif diberi pelatihan cara memayet jilbab. Mereka diberi bahan langsung dari tim Nalacity, kemudian diberi upah yang layak untuk setiap pengerjaan yang mereka lakukan.

“Membangun komunitas Nalacity menjadi kebahagiaan tersendiri karena kita bisa membantu sesama. Kami merasa puas ketika ibu-ibu bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil jerih payahnya bersama Nalacity,” imbuh Hafiza.

Kehadiran Nalacity di Sitanala tidak hanya berkontribusi bagi peningkatan pendapatan OYPMK, masyarakat sekitar juga terbantu dengan kegiatan sosial yang dilakukan Hafiza dkk, seperti pengobatan gratis, pembagian parcel ramadan, pembagian daging hewan qurban, dan masih banyak lagi.

Ada Workshop Perencanaan Keuangan
Selain memberikan pelatihan bagaimana memproduksi aneka hijab dan pernak-pernik fesyen lainnya, pendiri Nalacity ini juga memberikan workshop perencanaan keuangan kepada masyarakat Sitanala agar mampu mengatur pengeluaran dan pemasukan mereka.

Sedikit demi sedikit, para ibu yang menjadi anggota komunitas ini kembali tertawa. Mereka kini lebih terbuka dengan kehadiran orang baru. Apresiasi yang diberikan orang melalui pembelian produk Nalacity memberikan kebahagiaan tersendiri bagi mereka, mantan penderita kusta.

“Perubahannya memang cukup besar, awalnya para ibu-ibu disini malu-malu dan enggan untuk bertemu orang baru. Tapi makin ke sini, ketika mereka sering bersosialisasi dengan kami, kepercayaan diri mereka muncul. Bahkan mereka mau curhat soal keluarga mereka,” imbuhnya.

Beberapa OYPMK yang sebelumnya menjadi pengemis di pinggir jalan, sebagian sudah berhenti dan memutuskan untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Meski perubahannya belum terlalu drastis, Hafiza yakin, perlahan tapi pasti, ia dan teman-temannya mampu meyakinkan para OYPMK bahwa mereka sama seperti orang lainnya diberi kemampuan oleh Tuhan untuk mencari penghidupan yang layak.

“Saya dan teman-teman berharap bisa meningkatkan kapasitas ibu-ibunya untuk lebih terampil lagi sehingga mereka bisa mandiri dalam mencari uang. Setidaknya mereka bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara ini,” harapnya.

Dalam menjalankan misi ini, Nalacity dibantu oleh beberapa volunteer. Bagi Anda yang memiliki visi yang sama dengan Hafiza dkk untuk peduli dengan mantan penderita kusta, kabarnya Nalacity akan membuka pendaftaran pada Februari mendatang. Ikuti terus kegiatan mereka di twitter @nalacity.

Sumber: Suara.com

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *