Yashinta Anggar Kusuma: Bentuk Lingkungan Kreatif di Bekasi lewat Musik Orkestra

Keinginannya sederhana, namun patut diacungi jempol. Ia ingin menciptakan lingkungan kreatif melalui musik orkestra di kota ia tinggal dan di dibesarkan, yakni kota Bekasi.

Perkenalkan, namanya adalah Yashinta Anggar Kusuma atau yang lebih akrab dengan nama Shinta. Pemain biola handal ini adalah pendiri komunitas yang diberi nama ‘Bekasi Symphony Orchestra. Didirikan pada 2013, komunitas ini juga ia bentuk berdasarkan kecintaannya akan instrumen biola yang sudah ia tekuni sejak duduk di bangku SMA. Bahkan saking cintanya, ia memutuskan untuk menuntut ilmu musik di Yogyakarta. Ya, ia adalah alumnus ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta jurusan Seni Musik dengan major biola.

Prestasi Shinta dan Wejangan Paman soal Biola

Perempuan kelahiran Jakarta 21 Januari 1989 ini sudah memiliki banyak pengalaman dan prestasi di bidang musik. Perempuan yang kini berprofesi jadi pengajar biola di Purwacaraka Music Studio di Bekasi ini pernah tampil sebagai bermain biola dalam acara Borobudur Live in Concert, dan berkolaborasi dengan Gita Bahana Nusantara dalam Orchestra Istana Negara pada 2006. Ia juga pernah tampil bersama F-Hole String Orchestra dan menjadi konduktor dalam beberapa konser musik.

Ketika ditanya mengapa alat musik biola yang ia pilih ketimbang alat musik lainnya, anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengaku mendapat wejangan dari sang paman. Kata-kata sang paman bahkan masih melekat di benaknya.

Katanya seraya menirukan perkataan sang paman, “Biola punya kesempatan yang lebih besar untuk masuk di dunia musik internasional daripada gitar.”

Diterpa Kegalauan

Setelah selesai menuntut ilmu musik di Yogyakarta, kedua orang tua Shinta meminta ia kembali ke Bekasi. Kala itu ia langsung galau karena terlanjur nyaman tinggal di kota pelajar itu. Akan tetapi perkataan orang tua tak bisa dibantahnya, ia kemudian kembali ke Bekasi.

“Saya lalu pulang akhirnya. Tapi saya nggak nyaman. Lalu saya disitu punya dua pilihan, pertama, saya terima saja tinggal di sini dengan ketidaknyamanan atau saya ciptakan sendiri lingkungan nyaman tersebut. Dan saya pilih pilihan kedua, yakni dengan membentuk wadah musik ini di Bekasi,” tukas Shinta.

Wadah musik ini kemudian ia awali dulu dengan pembuatan media sosial. Lewat akun media sosial bernama @BekasiOrchestra itu, ia memulai interaksi dengan banyak orang. Ia juga sering menggunggah undangan bersahabat untuk bergabung ke dalam Bekasi Symphony Ochestra. Hal ini bukan hal yang mudah, pasalnya Shinta harus bergrilya menjelaskan kepada orang-orang bahwa komunitas musiknya ini tak money oriented. Tak disangka, upayanya berbuah manis, Ia berhasil mengumpulkan orang-orang yang ingin bermusik bersamanya, terutama belajar instrumen biola.

 PR Merubah Pola Pikir

Akan tetapi meski penyediaan wadah bermusik sesuai keinginannya sudah terwujud, masih ada PR yang mesti ia selesaikan hingga kini, yaitu merubah pola pikir orang-orang Bekasi yang ingin bergabung dengan BSO. Kata Shinta, ia merasa banyak yang kurang serius mempelajari musik-musik orkestra, khususnya alat musik biola. Padahal jenis musik ini tak bisa dipelajari sembarangan.

“Banyak yang saya lihat gabung saja, tetapi kurang serius. Padahal belajar alat musik ini rumit dan ada teorinya,” ujar Shinta menyayangkan.

Namun meski begitu, bukan berarti tak ada yang tak serius. Seperti contohnya anggota yang kini melangkah tegap menorehkan prestasi demi prestasi bersama BSO, tercatat ada 20 orang yang tekun berlatih dan tampil bersama BSO. Tak hanya pemain instrumen biola, ada pula gitar, perkusi dan brass. Kedepannya ia berharap bisa menemukan komunitas musik lainnya di Bekasi, terutama instrumen lain diluar biola. Dan ia juga tak lupa menyelipkan harapannya untuk BSO, katanya, ia ingin wadah bermusik ini tak hanya sekedar jadi komunitas yang menyuguhkan wadah bermusik untuk pemuda Bekasi agar tak usah melulu ke Jakarta dan ingin diakui masyarakat luas karya-karyanya.

“Saya berharap BSO bisa benar-benar full orkes dan  diakui bahwa ternyata di Bekasi ada orang-orang berbakat, serius bermusik dan punya karya musik orkestra yang bagus,” tutupnya.

DOKUMENTASI: Yashinta Anggar Kusuma

Leave your comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *