Project Sophia: Membaca dan Mengepakkan Sayap Secara Bersamaan di Poso

Sudah 50 kali kunjungan Project Sophia di desa-desa. Pada setiap  kunjungan, anak-anak ini merasakan kegembiraan karena bukan hanya mendapatkan akses pengetahuan melalui buku tetapi mereka juga bisa bermain bersama-sama. Buku-buku yang dibaca dimainkan bersama melalui permainan buku yang dikembangkan oleh tim Project Sophia. Semua anak merasa sangat antusias mengikutinya. Meryani, seorang anak dari Desa Bukit Bambu mengatakan” di sini kami bisa pilih buku yang kami suka, buku-bukunya banyak sekali dan tidak pernah ada di sekolah kami” Ahmad, anak yang lain mengatakan: “ Saya suka setiap kali kakak-kakak Project Sophia datang, karena kami bisa main sama-sama dengan yang lainnya. Selama ini saya Cuma main sendiri, tapi sekarang sudah bisa gabung dengan yang lain”. Citra punya kesan lain, “Di sini kita tidak bosan karena permainannya permainan buku yang kita baca”. Permainan buku yang dikembangkan di Project Sophia mengajak anak-anak saling bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain.

Bagi sebagian anak-anak, buku mungkin hal yang biasa ditemui, tapi bagi anak-anak di Project Sophia buku-buku seperti harta karun. Harta karun persahabatan, harta karun ilmu pengetahuan. Saya melihat wajah-wajah penuh harapan ketika melihat kami datang. Mereka berlarian ke lokasi Project Sophia, atau berlarian ke rumah teman-teman lainnya mengajak bergabung mengunjungi harta karun di Project Sophia. Penuh semangat mereka ikut bermain ketika tim Project Sophia mempersiapkan buku-buku. Di banyak desa lainnya, banyak anak-anak yang seringkali tidak sabar mendengarkan penjelasan karena ingin segera membaca buku.  Mereka menginginkan kunjungan lebih sering dan lebih cepat ke desa mereka. Mereka menjadikan Project Sophia sebagai sumber pengetahuan utama di sekolah dan di rumah.

Di salah satu desa yang menjadi lokasi pembunuhan  terhebat dalam konflik Poso, dengan sengaja Tim Project Sophia menggabungkan dua desa yang terpisah karena konflik yaitu Desa Sintuwulembah dan Desa Tambaro. Anak-anak di kedua desa ini dulunya satu desa namun terpisah berdasarkan mayoritas agama ketika konflik terjadi, Desa Sintuwulembah mayoritas beragama Islam dan Desa Tambaro mayoritas beragama Kristen. Untuk pertama kalinya mereka bertemu, bermain bersama dan bergandengan tangan di Project Sophia. Saya sangat terharu melihat semangat mereka. Awalnya ragu-ragu, tetapi ketika diawali dengan permainan, semua anak-anak langsung bergabung tanpa takut dan ragu. Mimpi saya agar anak-anak bisa bersatu meskipun berbeda agama dan suku melalui Project Sophia telah dimulai. Seorang ibu yang mengantar anaknya saat itu sempat menangis dan mengatakan “saya bersyukur anak-anak kami dari Muslim dan Kristen bisa bertemu lagi disini. Sudah lama kami terpisah. Buku-buku ini mempersatukan mereka. Lihat mereka itu bisa bermain bersama-sama seperti tidak ada masalah” Kata-kata ibu ini  bagi saya seperti ingin menyampaikan, ada harapan bagi perdamaian sejati melalui anak-anak di Project Sophia, ada harapan bagi perdamaian di Poso.

Sumber Laman blog Project Sophia

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *