IDI: Obesitas Bisa Picu Penyakit Kronis pada Anak

Dinas Kesehatan DIY mengimbau agar orang tua jangan senang apabila melihat balita atau anak-anaknya terlihat gemuk. Kondisi demikian justru perlu diwaspadai sebagai bentuk kasus gizi berlebih, bahkan obesitas yang dapat memicu penyakit kronis pada anak.

Konsultan di Poli Gizi Dewasa Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito Nur Dwi Handayani SSiT menyatakan, kasus gizi berlebih atau obesitas pada anak menjadi keperihatinan tersendiri. Karena obesitas dapat berefek pada kecerdasan, daya tahan tubuh, bahkan tumbuhkembang anak terganggu. “Tak hanya itu, bisa berpengaruh pula pada kepercayaan diri anak. Kan anak obesitas kerap menjadi bahan ejekan kawannya,” tutur Nur Dwi, Senin (9/1/2017).

Menurutnya, kasus obesitas pada anak merupakan bukti jika masyarakat belum pandai memilih makanan yang sehat. Berdasarkan data di Dinkes DIY menyebutkan, jumlah anak obesitas dengan jumlah anak yang diukur di DIY sejak 2010 mengalami tren peningkatan. Pada 2010 saja tercatat ada 2,99 % kasus. 2011 ada 2,55%. 2012 ada 2,83%. 2013 ada 6,44% dan pada 2014 juga ada 5,84% kasus.

Dalam hitungan angka, 2013 tercatat 10.192 balita kasus obesitas di DIY, 2014 ada 9.066 balita. Namun, kasus obesitas pada anak tersebut yang terdata di Dinkes DIY, sedangkan kejadian di masyarakat bisa lebih banyak lagi. “Tiap hari ada saja orangtua yang mengeluhkan kegemukan,” katanya.

Pada 2013 saja kasus tertinggi balita obesitas berada di Kota Yogya sejumlah 9,42% dengan jumlah anak 1.370 anak. Gunungkidul 8,11% atau 1.846 anak. Bantul 6,27% atau 2.624 anak. Sedangkan di Sleman 5,69% atau 3.359 anak. Terakhir Kulonprogo 4,95% atau 9,93%.

Pada 2014, Kota Yogya juga masih menempati urutan tertinggi dengan kasus 8,98% atau 939 anak obesitas. Di Gunungkidul ada 6,92% atau 1.378 anak. Sleman 5,82% atau 3.261 anak. Sedangkan di Bantul ada 5,30% kasus dengan jumlah kasus 2.554 anak, Kulonprogo 4,54% dengan kasus 934 anak.

Urutan kasus dilihat bukan dari jumlah anak. Melainkan persentase kasus dibanding anak diukur. Alasannya, jumlah anak yang diukur di masing-masing daerah berbeda. Di Gunungkidul memiliki jumlah tinggi pada kasus anak obesitas karena kasus balita pendeknya tinggi juga.

“Di poli gizi Sardjito saja tiap bulannya bisa melayani 69-an pasien dengan keluhan gizi, namun mayoritas berkaitan dengan obesitas atau kegemukan ini,” ungkap Nur Dwi. Data itu juga sudah termasuk pasien dewasa dengan penyakit penyerta, seperti kolesterol tinggi dan diabetes kronis.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DIY dr Choirul Anwar MKes menyatakan prihatin dengan tingginya angka kasus obesitas di DIY, bukan saja menjangkiti orang dewasa, namun sudah merambah usia anak-anak. Jika hal ini dibiarkan bisa menjadi persoalan serius bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

“Kalau saya mengamatinya kecenderungnya meningkat, utamanya di daerah perkotaan,” kata Choirul Anwar.

Menurutnya, persoalan gizi menjadi tanggungjawab bersama. Edukasi pola makan secara benar dan sehat seharusnya ditanamkan dalam lingkup keluarga. (R-3)

Sumber: KR Jogja

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *