“Aku mau bunuh diri!” Pekik seorang anak kecil yang sedang bermain-main di teras rumah pohon tempat tinggalnya.
Untungnya itu bukan keinginan sungguhan, namun hanya akal-akalan sang anak yang menirukan sebuah adegan dalam sinetron di televisi yang ia tonton. Katanya, ia sedang berakting. Akan tetapi meski hanya bohongan, perkataan sang anak cukup membuatnya kaget setengah mati dan mendorongnya untuk menasihati sang anak.
Perempuan yang dibuat kaget setengah mati itu adalah Salma Indria Rahman, sang pemilik rumah dan pendiri komunitas dongeng Rumah Pohon Activity. Perempuan yang berprofesi sebagai travel writer ini menceritakan kalau kisah tersebutlah yang menjadi cikal bakal dirinya aktif mendongeng sambil menanamkan nilai-nilai moral kepada anak dan juga mendirikan komunitas dengan nama yang terinspirasi dari rumah pohon yang jadi tempat tinggalnya itu.
Setelah komunitas ini resmi didirikan olehnya, ternyata Salma –begitu biasa ia dipanggil, makin giat keliling ke berbagai daerah di Indonesia membawa cerita penuh moral dan budi pekerti untuk anak-anak. Ya, ia mendongeng dari satu daerah ke daerah lainnya dengan boneka jari yang ia buat sendiri dari kain flannel.
Daerah-daerah yang ia sudah kunjungi meliputi Kepulauan Pulo Aceh, Banda Aceh, Padang, Mentawai, Medan, Pematang Siantar, Jakarta, Jatiwangi, Bantul, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, Palangkaraya, Kepulauan Banda Naira – Maluku, Halmahera Utara, dan Timika – Papua. Sebenarnya ada lagi, namun saking banyaknya, Salma sampai kelupaan kemana lagi kaki-kakinya melangkah sambil mendongeng.
Ia menceritakan, kali pertamanya mendongeng untuk anak-anak itu asalnya dari kejadian yang tak disengaja. Kejadian itu terjadi pada 2010 silam saat dirinya berkunjung ke Yogyakarta dalam rangka penerbitan novelnya. Akan tetapi kegiatan itu ternyata batal karena musibah gunung Merapi yang meletus.
“karena kejadian itu aku nggak bisa kemana-mana dan melakukan apa-apa. Bingung mau ngapain, aku putuskan untuk bantun di pengungsian. Kasih dongeng untuk anak-anak untuk trauma healing. Dan dari situ aku keterusan untuk menghibur anak-anak yang kena bencana. Aku pun menggalang dana dan ternyata banyak yang antusias,” ujar mantan wartawan ekonomi ini.
Tak ada jawaban rumit darinya saat ditanya soal alasannya rajin mendongeng kepada anak-anak dan mendirikan komunitas. Katanya ia hanya ingin berbagi pengalaman bahagianya sewaktu kecil kepada anak-anak lainnya agar mereka merasakan kebahagiaan yang pernah ia rasakan. Ya, masa kecil Salma memang membuatnya bahagia. Contohnya saja, tiap malam sang ibu selalu memberikan dongeng sebagai pengantar tidur.
Bukan hanya itu saja, dalam keluarganya yang jumlahnya banyak ini, ia juga sering diajarkan berkreasi dengan apapun. Katanya, ini dilakukan sang ibu untuk melatih motorik anak-anaknya agar tumbuh jadi anak cekatan di kemudian hari. Dan terbukti kata Salma, sekarang ia tumbuh jadi pribadi yang kreatif dan bisa membuat apapun. Ia juga menurunkan kegiatan melatih motorik ini kepada anak-anak yang ia temui lewat boneka jari. Kata Salma, di ujung jari-jari manusia itu terdapat sensor motorik yang dapat membuka otak kanan yang dapat memacu seseorang untuk lebih kreatif.
Alasan lain dirinya makin giat mendongeng dan mendirikan komunitas ini adalah soal rendahnya kebiasaan orang tua yang menanamkan nilai moral lewat cara yang komunikatif dan interaktif seperti dongeng kepada anak-anaknya. Ia menyoroti, ternyata banyak sekali anak-anak yang kesulitan membedakan mana yang baik atau buruk dan mana yang boleh dilakukan atau tidak. Contohnya kisah anak-anak yang berakting ingin bunuh diri di rumah pohonnya tadi.
Tambahnya, “Di Indonesia ini juga sistem pendidikan moral dan budi pekertinya belum memadai, sehingga anak-anak tak punya sumber pembelajaran budi pekerti. Lalu dari mana lagi mendapatkan pelajaran itu? Ya dari rumah, dari keluarga dan lingkungan. Salah satunya pakai dongeng ini.”
Selain menghidupkan tradisi dongeng dan menggunakannya sebagai sarana edukasi, dalam komunitas yang ia dirikan pada 2011 ini, ia juga memberikan pemahaman soal literasi kepada anak-anak binaannya yang sudah mencapai 20 orang, yakni membaca dan menulis. Anak-anak ini juga diajak untuk belajar berimajinasi, membuat prakarya lewat kreasi daur ulang dan public speaking untuk mengasah rasa percaya diri anak dan kemampuan dalam berpikir.
Hingga kini ia masih aktif mendongeng dengan cerita karangannya yakni “Juki and Friends”. Bahkan ia juga sudah menelurkan dua buku dengan judul yang sama. Ketika ditanya akan sampai kapan menggeluti dunia ini, ia menjawab dengan yakin kalau ia akan terus menghidupkan tradisi dongeng ini hingga kapan pun. Ia akan terus berbagi dan menanamkan nilai moral dan budi pekerti kepada anak-anak, pasalnya ia percaya kalau pelajaran soal budi pekerti ini tak akan pernah mati dan tak bisa menunggu.
“Tak perlu menunggu kaya tuk berbagi kepada orang lain. Tak perlu menunggu pintar tuk berbagi ilmu kepada orang lain. Salam boneka jari!,” tutupnya.
Dokumentasi: Salma Indria Rahman