Mira Mulyani Muslihat: Kobaran Semangat Ajar Budaya dan Sejarah Hingga Pelosok Bogor

Siapa yang tak tahu Kota Bogor? Semua pasti tahu kota ini dengan sebutan Kota Hujan atau kota yang populer dengan ragam kuliner sedapnya di Jalan Suryakencana. Namun, buang jauh-jauh pemikiran soal Kota Bogor yang itu dan coba pikirkan hal ini. Tahukah anda bahwa kota yang sudah kelihatan mapan dan populer ini masih menyimpan persoalan serius soal pendidikan di baliknya? Ya, kota yang dulu bernama Buitenzorg ini masih memiliki masalah dalam hal pemerataan pendidikan.

Adalah Mira Mulyani Muslihat, salah satu perempuan yang sadar dan peduli akan persoalan ini. Ia menuangkan kepeduliannya itu dengan mendirikan komunitas pada pertengahan April 2014 lalu, yakni Urban Sakola atau Urang Bantu Sakola yang memiliki arti “Mari Bantu Sekolah”.

Melalui komunitas ini, Mira –begitu panggilannya, bersama teman-teman relawannya yang sudah ratusan jumlahnya hingga kini, memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak di sejumlah sekolah di pelosok Bogor, berupa pendidikan kaya budaya, sejarah dan seni khas daerah. Materi ini dipilih Mira karena ia punya keyakinan kalau anak-anaklah yang nantinya yang akan jadi penerus budaya bangsa.

Baca selengkapnya soal Urban Sakola di sini https://komunita.id/2016/02/11/urban-sakola/

Komunitas ini diceritakan Mira bermula dari peristiwa keluarnya Mira dari komunitas yang ia ikuti sebelumnya. Katanya, ia keluar karena memiliki perbedaan visi  dengan komunitas tersebut. Dan ia juga sebenarnya punya keinginan besar untuk terjun ke pelosok-pelosok Indonesia untuk membagikan ilmu lewat program Indonesia Mengajar, akan tetapi sebuah syarat menghalangi langkahnya.

“Aku nggak bisa gabung karena syaratnya kan harus sudah lulus S1, sementara waktu itu aku masih duduk di semester awal perkuliahanku. Nggak mungkin kan aku tinggal. Lalu aku berpikir, kalau nggak bisa jauh-jauh, aku buat aja dulu sendiri, di lingkungan tempat tinggalku, yakni Bogor,” Ungkapnya di ujung telepon sore itu.

Akan tetapi keinginan untuk mewujudkan komunitas itu ia akui tak semudah membalikan tangan. Ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa ia tak punya kawan yang membantunya sama sekali. Ia benar-benar sendiri dan sungkan meminta bantuan teman-temannya. Alhasil semua dilakukan sendiri, mulai dari pencarian dana, tempat berkegiatan, hingga tenaga relawan. Semuanya ia mulai dari nol.

Namun semua tahu bahwa Tuhan akan membukakan jalan bagi mereka yang memiliki niat baik. Dan benar saja, setelah membuka diri dan meminta bantuan dari beberapa teman dekatnya, serta sikap tak mudah patah semangat, ia pun mulai merekrut relawan untuk bergerak bersamanya ke beberapa kampung di Bogor. Dan ia berhasil, buktinya ratusan relawan sudah terjun bersamanya memberikan pendidikan hingga kini.

Tambahnya, “Awalnya sih nggak ke pelosok, hanya di kampung-kampung yang dekat-dekat saja, namun lama-kelamaan, tepatnya mulai 2015, saya dan teman-teman relawan mulai menjelajah ke pelosok-pelosok. Pernah sampai ke Gunung Eusing di Bogor. Itu diatas bukit sekolahnya dan ditempuh dalam waktu 2 jam.”

Dari perjalanan yang ia sudah lakukan bersama para relawan komunitasnya, perempuan kelahiran 1995 ini mengaku tak pernah lelah meski mesti berlomba-lomba dengan kesibukannya menjadi seorang tenaga pengajar TK dan SMP di sebuah sekolah swasta di Bogor. Ia malahan senang bila setiap akhir pekan harus pergi ke pelosok dan mengajar lagi disana.

“Kami semua suka melakukan ini dan selalu pasang mindset kalau apa yang kami lakukan ini sembari senang-senang dan jalan-jalan. Ya tapi, capek pasti ada lah sedikit, tapi karena dilakukan dengan hati, capek itu nggak mudah muncul.” Ujar alumni STKIP ARRAHMANIYAH ini sumringah.

Mira memang melakukannya dengan sepenuh hati. Betapa tidak, Mira sedari kecil memang sudah punya impian untuk menjadi seorang guru, pasalnya ia punya keyakinan kalau semua orang itu membutuhkan seorang guru, sesukses atau seberhasil apapun orang itu. Tak hanya jadi guru biasa, Mira  juga mantap menceritakan kalau ia ingin bepergian ke pelosok nusantara dan membagikan ilmu.

Dari perjalanan bersama komunitasnya ini Mira juga menceritakan kalau ia mendapat banyak pelajaran berharga. Selain keluarga baru dan doa dari orang-orang yang pernah ia temui, Mira juga mendapatkan pelajaran bersyukur. Pelajaran itu ia dapatkan tiap kali mengajar anak-anak sekolah di pelosok Bogor yang tak terjamah tangan pemerintah. Katanya, para guru dan murid-murid di tempat itu tak pernah patah semangat meski dilanda keterbatasan dalam hal pendidikan.

Hal yang ia temukan di lapangan itu ternyata membukakan matanya dan mendorongnya untuk berdialog, serta bekerja sama dengan pemerintah di masa mendatang. Ia tak terima kalau di daerah yang tak terlalu jauh dengan pusat pemerintahan Kota Bogor ini masih menyimpan kebobrokan sistem dan fasilitas pendidikan.

“Coba aja lihat akses ke sekolahnya, susah banget. Lalu fasilitas yang dipakai kayak buku dan papan tulisnya udah nggak layak juga. Ini benar-benar ketimpangan. Saya ingin merekam data dari perjalanan komunitas ini dan menunjukannya ke pemerintah. Pak ini lho sekolah di kota Bapak yang belum layak,” ceritanya seru.

Kedepannya selain menaruh harap untuk bekerja sama dengan pemerintah kota, ia juga berharap Urban Sakola dapat mendirikan sebuah sekolah di pelosok daerah beserta dengan perpustakaannya yang menyediakan bahan bacaan berkualitas bagi masyarakat. Akan tetapi Mira menekankan ia tak mau banyak menaruh harap di depan, ia hanya ingin melakukan dan memberikan yang terbaik dalam hal pendidikan budaya untuk anak-anak di pelosok lewat komunitasnya sekarang ini.

“Aku juga berharap anak-anak makin aware sama budayanya sendiri. Soalnya dari yang sering aku temukan, anak-anak banyak yang nggak tahu cerita kotanya sendiri. Ini padahal penting lho,” Ucapnya penuh harap sambil menutup percakapan sore itu.

Baca selengkapnya soal kegiatan Urban Sakola di https://komunita.id/2016/04/12/komunitas-urban-sakola-bantu-kenalkan-budaya-ke-sekolah-sekolah/

 

Dokumentasi: Mira Mulyani Muslihat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *