Panji Aziz Pratama: Cambukan Keras Bangun Akses Pendidikan di Tanah Banten

Pemerintah harusnya bangga dengan sosok pemuda Banten satu ini. Meski menempuh pendidikan tinggi dan banyak berkarya, serta menimba ilmu di luar negeri, ia punya kesadaran soal membangun negaranya, khususnya daerah tertinggal di kota kelahirannya, Serang, Banten. Kesadarannya itu ia buktikan dengan mendirikan komunitas yang kini telah jadi yayasan atau Non Profit Organization (NGO) yang diberi nama Isbanban atau Istana Belajar Anak Banten. Perkenalkan, pemuda ini bernama Panji Aziz Pratama.

Didirikan resmi pada 2013, organisasi ini fokus memberikan kesempatan pendidikan bagi anak-anak dan pemberdayaan masyarakat di sejumlah daerah tertinggal di Banten, tepatnya di beberapa kabupaten kota. Aziz—begitu biasanya ia dipanggil menceritakan kalau aksinya ini bermula dari pengalaman pribadinya ketika masih kecil. Ia dulu sekali tinggal di daerah terpencil yang jauh dari akses dan fasilitas pendidikan.

“Aku sekarang sudah berpendidikan tinggi. Ya ini jadi cambukan cukup keras buatku kalau tak memberikan kontribusi untuk negara dan daerahku yang masih serba kekurangan terutama di bidang pendidikan. Ya aku harus berbuat sesuatu. Aku mulailah pertama kali lewat komunitas,” Jelasnya seusai memberikan pelatihan manajemen organisasi di Sebangsa HQ.

Akan tetapi organisasi yang ia bangun pertama kali itu tak berjalan mulus sesuai harapannya. Ia dan beberapa temannya mesti berhadapan dengan beragam rintangan. Pendanaan misalnya, Aziz menceritakan, dulu sekali ia pernah memutarkan kardus untuk mengumpulkan dana dari satu tempat ke tempat lainnya, akan tetapi upaya itu cukup sulit dilakukan. Ia dan kawan-kawan dari Isbanban juga pernah  dianggap komunitas tidak tepercaya atau ‘Abal-abal’.

Tak berhenti hingga disitu saja, ketika ia mulai turun ke lapangan dan memulai program organisasinya itu, ia seringkali dapat penolakan. Warga seringkali mengira kalau Aziz dan sekelompok pemuda yang tergabung dalam Isbanban merupakan kaki tangan partai politik dan calon gubernur. Akan tetapi syukurlah, Aziz tak pantang menyerah, ia malah terus maju dan gigih, hingga pada akhirnya ia memetik buah manis dari upayanya itu.

“Pokoknya Jangan termakan omongan orang-orang. Sebaiknya kita buktikan apa yang kita lakukan ini akan baik pada akhirnya. Dan benar, kita melakakukan hal baik dengan penuh keyakinan, kami membuat dampak disitu, mereka pun membuka diri, lalu ya mereka mempercayai kita hingga kini,” ujarnya.

Ya, kepercayaan itu benar-benar terjaga hingga sekarang. Coba saja tengok dampak yang sudah dibuat Aziz dan Isbanban, sebanyak 455 putra dan putri Banten sudah berhasil ia bina, kebanyakan dari antara mereka sebelumnya buta huruf dan sekarang sudah pandai membaca, bahkan mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya lewat beragam kompetisi skala JABODETABEK hingga nasional. Dan ada lagi, Isbanban nyatanya juga membukakan jalan untuk anak-anak ini menempuh pendidikan tinggi melalui beasiswa.

Tak berhenti hingga disitu, selain membuka kesempatan bagi anak-anak daerah tertinggal di Banten dan mengembangkan potensi mereka, Isbanban juga membuka jalan bagi anak-anak muda Banten dan sekitarnya untuk berkontribusi membangun negeri dan daerah terpencil di Indonesia. Hal ini terbukti dari ratusan relawan telah bergabung bersamanya dalam Isbanban. Kata Aziz, sudah ada 592 relawan yang membantunya di 7 kabupaten kota Banten.

Ketika ditemui seusai memberikan pelatihan manajemen organisasi di Sebangsa HQ, Rabu lalu (22/03)  Aziz juga menceritakan cikal bakalnya terjun ke dunia sosial. Katanya ini asalnya dari ragam pengalaman kegiatan sosial yang sering ia lakukan ketika duduk di bangku SMA. Ia mendirikan Forum OSIS Banten menjadi ketuanya. Dalam forum ini, ia  bersama teman-temannya sering menghelat bakti sosial, misalnya pelayanan kesehatan, bantuan bencana, hingga donasi bagi yang membutuhkan. Sejak saat itulah apa yang disebutnya sebagai Social Sense dalam dirinya tumbuh.

“Aku pun kemudian memutuskan untuk mengikuti passion­ ku dan masuk jurusan IPS, lalu kuliah ilmu sosial, lalu pas kuliah semester 2, aku putuskan untuk bentuk Isbanban. Dan ini makin mengembangkan Social sense­ ku dan aku senang sekali dapat banyak jaringan pertemanan. Dari sini aku jadi tahu, oh ternyata banyak lho orang yang berbuat baik,” kata pemuda yang saat ini sedang merencanakan pendidikan S2-nya.

4 tahun berjalan bersama organisasinya, ia tak menampik kalau pernah sesekali jenuh dengan kegiatan sosial yang ia lakukan. Ia kerap kali juga merasa lelah. Namun syukurlah kata Aziz, ia punya banyak teman yang memberikan dukungan kepadanya. Mereka seringkali mengingatkan Aziz soal ketulusan kerja untuk orang lain atau bekerja dengan sepenuh hati. Dan berkat hal itu api semangat dalam dirinya semakin berkobar.

Selain mengurusi NGO nya, Aziz saat ini juga disibukan dengan pekerjaannya di sebuah perusahaan swasta ternama. Disana ia bekerja sekaligus mempelajari bidang manajemen sistem perusahaan yang katanya bisa diterapkan di organisasinya. Ia juga mengurusi Career Institute atau lembaga pelatihan karier bentukan Isbanban yang menjadi sumber penghimpunan dana untuk Isbanban. Ia juga sekarang sedang mempersiapkan diri untuk menempuh pendidikan S2-nya dalam bidang Social Work.

Kedepannya ia berharap Isbanban bisa terus menyebarkan dampak kepada anak-anak di Banten dan keseluruh pelosok Indonesia dengan melebarkan sayap organisasinya. Dan ia juga menaruh harapan kepada pemerintah agar memberikan kesempatan lebih besar kepada anak muda Indonesia untuk andil dalam membangun daerahnya masing-masing dan negaranya.

“Ini sih yang jadi masukan untuk pemerintah. Mereka itu kurang memberi ruang atau akses dan kurang melibatkan masyarakat terutama anak muda untuk andil atau berkolaborasi dengan pemerintah. Sediakan saja wadahnya, fasilitasi saja, lalu biarkan anak muda andil dalam pembangunan,” tutupnya.

Dokumentasi: Production House Sebangsa dan Komunita.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *