Hujan tiada reda sejak Sabtu (25/3/2017) sore hingga menjelang tengah malam. Beberapa tempat di Kota Malang tergenang, termasuk di Taman Shinga.
Taman ini jadi tempat pemutaran film layar tancep oleh Lelakon, Parade Film Malang dan para pelajar dari SMK 3 PGRI Malang. Meskipun genangan air dan hujan terjadi, namun pertunjukan nonton film bareng tetap dilakukan.
Genangan air itu setinggi betis orang dewasa. Sementara itu gerimis kecil tetap terjadi. Para penonton ada yang memakai payung, sebagian lainnya berteduh di bawah pohon.
Ketua pelaksana Lintang Aulia Yudhityasari (25) mengatakan tidak hanya sekali saja ia mendapat tantangan ketika memutar film. Baginya, pantang untuk tidak melanjutkan pemutaran film yang sudah dijadwalkan. Apalagi beberapa orang juga sudah datang ke lokasi.
“Itu risiko kalau memutar film di luar ruangan. Kita tidak bisa melawan alam,” katanya.
Jadwal awal pemutaran film dimulai pukul 19.00 WIB. Namun baru diputar saat hujan baru agak reda sekitar pukul 21.00 WIB. ,
Pemutaran film itu bagian dari peringatan bulan film nasional. Komunitas film di Kota Malang dibantu beberapa komunitas lainnya yang berasal dari luar perfilman melakukan pemutaran film mulai 1 Maret sampai 31 Maret.
Dijelaskan Lintang yang juga menjadi koordinator pemutaran film di Parade Film Malang ini, pemutaran di lakukan menyeluruh di seluruh Malang Raya. Tempat pemutaran pun bervariasi. Ada di sekolah, tempat nongkrong, perkampungan hingga taman-taman.
Panitia sengaja memilih tempat seperti itu agar masyarakat di kawasan Malang Raya bisa lebih mudah mendapatkan akses. Film-film yang diputar kebanyakan film pendek baik dari sineas lingkungan Malang Raya maupun dari luar Malang.
Dibanding tahun lalu, kali ini lebih banyak film yang ditayangkan oleh panitia. Maka tidak heran kalau dalam sehari bisa ada tiga acara secara bersamaan di tempat yang berbeda. Lintang mengatakan, tahun lalu hanya ada 18 film saja, sementara tahun ini tercata ada 50 film lebih yang ditayangkan.
Namun saat ini Pemerintah Kota Malang cenderung belum bisa menangkap peluang tersebut. Lintang menjelaskan, sebetulnya dirinya tidak membutuhkan bantuan uang. “Kami tidak ingin uang, cukup dikasih proyektor aja sudah jalan,” tambah Lintang.
Sumber: Surya Malang Tribunnews