Komunitas Matahari Hujan Gelar Pementasan Barabah di Laboratorium Teater Korek Unisma

Barabah adalah perempuan setia yang berjuang mempertahankan kehormatannya sebagai perempuan, menjaga kehormatan dan mimpi suaminya, juga budaya leluhurnya. Kisah Barabah dari karya Motingge Busye ini rupanya dijadikan intisari dari gerakan masyarakat teater Bekasi yang tengah bergerilya mencari panggung representatif.

“Kami sedang bereksplorasi dari Barabah ini. Soal semangat, suara genderang, berjuang yang coba kami jadikan dasar bagaimana komunitas teater di Bekasi bisa bangkit dan bunyi di luar daerah,” kata Dediesputra Siregar, sang sutradara usai pementasan Barabah di Laboratorium Teater Korek Unisma, Jum’at (24/2) malam.

Pertunjukan ini juga sekaligus ajang meminta restu dari masyarakat kesenian dan kebudayaan Bekasi untuk beberapa program yang akan dilakukan lintas komunitas kesenian teater dalam naungan Komunitas Matahari Hujan ini. Sabtu (25/2), mereka akan ikut dalam festival teater pendek se-Indonesia di London School Public Relations (LSPR). Kemudian, mereka juga bakal pentas di ajang Parade Teater Jakarta yang akan diselenggarakan di Tegal dalam waktu dekat, termasuk tanggal 27 Maret mendatang, seniman teater Bekasi ini juga akan ikut memeriahkan peringatan Hari Teater Dunia di Solo.

Komunitas Matahari Hujan ini merupakan kolaborasi lintas komunitas, yakni Teater Topeng Arena, Beska, Matahari, Beta, Sastra Kalimalang dan Tembung Penggalih.

Untuk diketahui, pementasan Barabah ini sejatinya dipanggungkan Minggu (19/2) lalu. Namun lantaran Unisma diterjang banjir ketika itu, pementasan dibatalkan, dan baru malam tadi pertunjukan bisa diselenggarakan.

Kisah Barabah sendiri, merupakan karya Motingge Busye yang ditulis tahun 1963 dengan latar kehidupan Sumatera Barat. Naskah ini mengisahkan tentang perempuan 23 tahun yang sederhana. Dia adalah istri yang tegas kesetiaannya pada Banio, suami berkarakter keras yang telah berusia 70 tahun. Banio telah menjalani hidup dengan kawin cerai sebelas kali demi mendapatkan anak lelaki, yang diharapkan bisa mewarisi semangat dan ketegasan dirinya sebagai mantan penabuh genderang. Nah Barabah ini merupakan isteri kedua belas Banio.

Namun Barabah, yang dalam bahasa Sumatera Barat berarti burung pemakan padi ini merupakan isteri yang paling disayang oleh Banio lantaran, meski jarak usia keduanya terlampau jauh, Namun Barabah sangat setia dan mau menjaga cita-cita suaminya yang tak kunjung mendapatkan anak lelaki. Sekaligus, dia adalah perempuan yang sangat menjaga budaya dan nasehat-nasehat suaminya.

Barabah diperankan Riska Oktaviani. Banio diperankan Asep Tohari, kemudian Adibul diperankan Taufiq Adi Nugroho dan Zaitun diperankan oleh Anti.

Sumber; Sabekasi

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *