Kalian tahu nggak sih dengan juru pemantau jentik alias jumantik. Itu loh petugas yang kerap memeriksa bak air di rumah kita? Ya namanya juga jumantik tugasnya memantau keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air di lingkungan warga.
Profesi jumantik muncul karena banyaknya kasus demam berdarah dengue (DBD). Nah petugas jumantik biasanya berasal dari warga di lingkungan masing-masing. Umumnya kaum ibu yang mau bertugas jadi jumantik. Atau setidaknya jumantik adalah dari kalangan orang dewasa. Tapi, di wilayah ICD (Integrated Community Development) Medan Selayang, Sumatera Utara, jumantik justru dilakukan oleh siswa SD dan SMP. Keberadaan mereka untuk antisipasi DBD.
Nah mereka ini dibekali senter, alat tulis, dan stiker. Dengan senter mereka bisa mengetahui genangan air yang dihuni jentik nyamuk atau tidak. Setiap pekan anak-anak ini akan berkumpul dan berbagi tugas memantau jentik di setiap rumah. Setelah selesai memantau jentik, mereka akan membantu warga melakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) barang yang menjadi sarang jentik. Rumah yang sudah diperiksa dan bebas jentik akan mereka tempeli stiker. Tak jarang mereka juga membagikan buah-buahan bagi warga yang menjaga kebersihan tempat tinggalnya.
“Cara mengamatinya dengan mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk, setelah itu disenter satu-satu, diambil jentiknya, kemudian dicatat di buku,” tutur Adinda, salah satu anggota jumantik cilik.
Kegiatan jumantik cilik yang dilaksanakan secara rutin ini ternyata dapat membantu menurunkan jumlah jentik, yang pada akhirnya dapat menurunkan jumlah kasus DBD. Sejak komunitas ini dibentuk pada pertengahan 2014 hingga saat ini, ICD Medan Selayang tidak lagi menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi berdasarkan data Dinas Kesehatan tahun 2015. Bisa jadi salah satu penyebabnya karena adanya anak-anak yang jadi detektif pemburu jentik ya.
Sumber: BRILIO