Mom’s United; Perempuan Penghobi Olahraga Tembak Surabaya

SETIAP kali suami pamit untuk pergi ke lapangan tembak atau berburu ke luar kota, yang ada hanya rasa dongkol di hati. Hobi menembak dianggap sebagai perusak quality time keluarga. ’’Saya tegur suami. Sabtu-Minggu waktu untuk keluarga mbok ya jangan dikurangi gara-gara nembak. Lagian apa ya nggak kasihan nembak burung? Burung kan punya keluarga,’’ kata Nia Trisna mengulang ucapannya dulu.

Jawaban sang suami enteng. ’’Lho,kamu makan ayam, apa ayamnya nggak punya keluarga. Sudah ikut aja, nanti seneng-seneng,’’ ucap Didin Putra, sang suami, sebagaimana dituturkan Nia. Tipikal percakapan seperti itulah yang juga dialami Mariatul Aviva, Danny Krisfita, Tanti Dwi, Marisa Andriyana, dan Hafifah.

Daripada bengong di rumah ditinggal suami, ikutlah mereka ke lapangan tembak. Para suami berada di satu klub bernama Surabaya Shooting Club yang rutin berlatih setiap Sabtu di Lapangan Tembak Perbakin Surabaya.

Di sana, mereka bertemu dan menjadi sangat akrab. ’’Awalnya, kegiatan ibu-ibu ini ya cuma penggembira dan pendukung. Kalau kumpul, saling bawa makanan. Kalau ada kegiatan ke luar kota, kami yang urus,’’ ungkap Tanti. Namun, lama-lama mereka tergelitik untuk ikut menembak.

Hafifah yang datang diajak tunangannya memberanikan diri untuk mencoba. ’’Aslinya aku cuma pengin gaya-gayaan difoto pose menembak gitu. Tapi, setelah dicoba beneran, ternyata nembak itu bikin penasaran,’’ ungkap Ivi, nama panggilannya.

Rasa penasaran juga membuat Denny tidak berhenti berlatih menembak. ’’Kurang pas sasaran, coba lagi. Nggak kena, coba lagi. Gemes, geregetan, jadi pengin berlatih terus. Akhirnya paham kenapa suami suka,’’ ungkapnya.

Dalam menembak, yang dilatih adalah kekuatan tangan, mengatur napas, posisi yang tepat, memperkirakan arah angin dan kecepatannya, hingga kejelian dan keamanan dalam menembak. Karena para suami bermain senapan angin, mereka pun masih menembak dengan senapan angin.

’’Senapan api masih jauh. Susah sekali itu. Sekarang aja kami pakai senapan angin jenis PCP. Pengisian anginnya masih dipasangkan suami. Kita tinggal tembak aja, haha,’’ ungkap Nia.

Kekurangan senapan angin jenis tersebut terletak pada kerepotan ketika mengisi tabung. Namun, kekuatannya lebih tinggi dan praktis. Tinggal kokang, dor! Mereka pun terjun di kelas benchrest 50 m, yakni menembak dengan duduk.

Hanya seorang yang mau menggunakan senapan angin jenis pompa, yakni Ivi. ’’Pompa lebih ringan dari senapan per. Tapi, kalau mau nembak, mompa dulu sih, itu yang bikin berat,’’ katanya Ivi yang tembakannya pernah mengalahkan para laki-laki tersebut.

Meski hanya sekadar hobi, mereka juga kerap ikut lomba menembak kelas wanita. Meski belum bisa mendapat gelar juara, mereka setidaknya bisa membandingkan kemampuan.

Asyiknya sehobi dengan suami, ketersediaan fasilitas tidak perlu diragukan lagi. Selain jadi mentor dan pengatur kesiapan menembak, para suami senang-senang saja jika istri minta dibelikan ini-itu. Hampir semua anggota komunitas tersebut sudah memiliki senapan pribadi. ’’Pengin nunjukin kalau cewek juga bisa nembak. Senapan saya warnanya pink,’’ kata Ulva, panggilan Mariatul Aviva.

Para istri pun membiarkan suaminya mengeksplorasi hobi tembak. Misalnya, Nia yang mengizinkan suami memiliki area tembak di samping rumah. ’’Biar senapan angin, tembok jadi bolong-bolong. Tapi. saya biarkan saja, kan saya juga ikut nembak, haha,’’ paparnya.

Lagipula, menurut Ulva, menembak itu mempunyai banyak manfaat. ’’Melatih fokus dan melepas stres. Rasanya plong saat menembak dan kena,’’ jelasnya.

Ikut Berburu hingga ke Hutan

SAAT suami pergi berburu atau ikut lomba tembak, para ibu ini tidak nggandoli. Justru Mom’s United menyiapkan akomodasi hingga makanannya. Ke hutan pun mereka ikut. ”Hitung-hitung liburan. Kami tinggal di vila sama anak-anak, bapak-bapak ke hutan,” jelas Marisa yang anaknya kini juga jadi atlet tembak.

Ketika nyali sedang tinggi, beberapa perempuan ikut masuk ke hutan. Mereka kadang sekadar menembak burung, kadang juga memburu yang besar dan cukup berbahaya seperti babi hutan. Rasa cemas sempat menyergap mereka saat masuk ke hutan. ”Gelap dan diusahakan tanpa cahaya. Pikiran sudah macam-macam saja. Kalau kejatuhan ular, gimana. Kalau diserang binatang buas, gimana,” kenang Nia. Namun, Nia dkk menikmati adrenalin yang naik.

Apalagi saat buruan datang, ada rasa panik, antusias, dan waspada pada saat yang sama. Saat itulah kemampuan tembak diuji, bisakah tenang dan mempertahankan posisi yang bagus agar tepat sasaran. ”Kami melek sepanjang malam ngawasi dari atas mobil berburu. Tapi, terbalas waktu. Menjelang pagi baru dapat babi hutan,” cerita Ivi. Mereka sangat senang karena yang ditembak adalah hama perusak tanaman petani di kawasan tersebut. Untuk perburuan lain, mereka sering kali tidak tega dan hanya tinggal di vila.

Yang tidak kalah menyenangkan, hobi yang menjadi piknik itu membuat mereka semakin dekat seperti keluarga. Mom’s United tidak hanya sering menyokong hobi tembak para suami, tapi juga membuat kegiatan sendiri agar hobi tembak dikenal ”lebih lembut” oleh masyarakat. Jumat lalu (1/5) mereka mengadakan donor darah bersama. Kunjungan ke panti dan bagi-bagi takjil gratis juga kerap mereka lakukan. ”Biarpun kesannya sangar dan eksklusif karena fasilitasnya cukup mahal, dengan adanya kami ibu-ibu, diharapkan klub ini lebih membumi,” ungkap Nia yang menjadi ketua di komunitas itu.

Bagi yang tertarik untuk ikut hobi tembak, Ivi menyarankan rajin-rajin main ke lapangan tembak. Sekadar bertanya dan mencoba pasti disambut dengan senang hati oleh mereka. Kalau memang sudah cinta, boleh mendaftar ikut klub. ”Untuk kenyamanan di perjalanan. Kalau kita bawa senapan, enggak takut dan waswas. Ada klub yang mewadahi,” jelas Ivi. Tentu saja klub yang diikuti terdaftar dalam Perbakin.

Sumber: JAWA POS

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *