Craftulistiwa; Jembatani Crafter Pontianak Untuk Berkarya

Menjadi salah satu wadah perkumpulan bagi para crafter di Pontianak, khususnya pengrajin tas dan dompet dari bahan kanvas yang dijahit secara handmade, Komunitas Craftulistiwa yang berdiri bulan Maret 2016 ini telah memiliki anggota 11 orang yang semuanya perempuan dan menekuni bisnis kerajinan tangan.

“Mereka membuat tas, dompet, sepatu dan boneka dari bahan rajut dan kanvas. Sejauh ini, promosi ditawarkan lewat pameran di Pontianak Convention Center serta di halaman Kantor Disperindag Kalbar yang mereka ikuti,” ujar Sani Safitri selaku ketua Komunitas Craftulistiwa.

Dengan visi Craftulistiwa untuk memajukan industri kriya di Pontianak, dan didukung dengan misi utamanya menghimpun para crafter untuk bersama-sama mencari peluang pasar internasional. Target ke depan Sani bersama rekan-rekannya di komunitas Craftulistiwa ingin menciptakan para crafter yang kreatif, penuh ide, serta merekrut sebanyak-banyaknya para crafter baru.

“Komunitas ini juga rutin memberi pelatihan bagi para crafter dan masyarakat umum yang ingin belajar menjahit. Pelatihan diadakan setiap bulan bertempat di Craftulistiwa (Rumah Qte),” tambah Sani.

Dari sekian banyak anggota yang bergabung di Craftulistiwa, beberapa waktu yang lalu tim BisnisUKM.com sempat menemui dua pelaku bisnis kerajinan yang biasa ikut melatih di Craftulistiwa, yakni Ais Pitaloka (27) dan Nanik Lestari.

Kepada tim liputan BisnsiUKM.com, Ais sendiri mengaku mulai melukis di media tas dan dompet sekitar 6 bulan lalu. Sebelumnya, alumni sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta ini melukis di media kanvas biasa tapi tidak untuk dijual. Baru enam bulan terakhir Ais mencoba melukis di tas wanita dan dompet dari bahan kanvas yang didatangkan dari Depok, dan kini hasil karya tersebut Ia pasarkan dengan nama Lawai.

“Brand Lawai sendiri merupakan nama lain dari Sungai Kapuas yang terdapat di Kalbar dan merupakan sungai terpanjang di Indonesia,” ujar Ais.

Dalam sehari, Ais mampu membuat 3 buah tas yang ia jahit dan lukis sendiri. Selain tas kanvas, Ais juga lebih dulu membuat tas dari bahan rajut. Ais mengakui, kendala yang ia hadapi mulai dari sulitnya mendapatkan SDM untuk dijadikan karyawan, hingga mencari karyawan yang bisa ‘nyambung’ dengan kemauannya.

Selain Ais, juga ada 10 pengrajin lain yang semuanya perempuan, salah satunya adalah Nanik Lestari yang juga tergabung dalam Komunitas Craftulistiwa ini untuk belajar melukis tas sejak 6 bulan lalu.

“Semua bahan didatangkan dari Jakarta, lalu dijahit dan dilukis. Selain tas dari bahan kanvas, Saya juga membuat sepatu dari bahan kulit, yang diberi brand Nan Handmade,” tutur Nanik.

Dengan harga jual mulai Rp 100.000- Rp 250.000, sampai saat ini tidak hanya konsumen Pontianak saja yang mencintai tas lukis buatan Nanik, pembeli juga berasal dari Tangerang, dan beberapa kabupaten di Kalbar seperti Ketapang, Sanggau, dan Putusibau.

“Proses melukis dan menjahit bisa dihasilkan hanya dalam waktu 3 jam. Dalam satu bulan laku sekitar 2-3 tas. Kalau di pameran, bisa untung sekitar Rp 1. 500. 000,”ungkapnya.

Dengan bergabung di komunitas Craftulistiwa, ke depannya Ais dan Nanik berharap bisa maju bersama dengan rekan-rekannya di komunitas dan suatu hari nanti bisa mempunyai laman atau website khusus untuk memajang hasil produksinya.

Sumber: Bisnis UKM

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *