Komunitas Babad Bandayuda; Menguak Sejarah Yang Sebenarnya

Semangat perjuangan tidak hanya berlaku saat zaman penjajahan. Wahyu Hardiyanto alias Anton (39) membuktikan bahwa jiwa nasionalisme seseorang harus tetap melekat meski negara ini semakin tergerus oleh budaya asing. Melihat kekhawatiran ini, sejak tahun 2012, ia membuat sebuah komunitas yang diberi nama Babad Bandayuda.

Proses terbentuknya komunitas ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Berawal dari terbentuknya Badan Keamanan Rakyat 45 di depan Gedung Agung (BKR’45) pada tahun 2003 sebagai komunitas pejuang aksi dengan menggunakan kostum ala pejuang. Namun karena kesibukan, komunitas yang diisi mahasiswa se-Yogyakarta ini bubar di tahun 2005.

Tahun 2012 bersama komunitas ontel Jogja, Anton pun kembali menghidupkan komunitas lama yang telah redup dengan nama yang baru, yakni Komunitas Babad Bandayuda. Berbeda dari sebelumnya, komunitas ini tidak lagi melakukan aksi demo dijalan melainkan bercerita tentang sejarah peperangan lewat karya seperti komik, foto dan gambar.

Seperti namanya, komunitas ini ingin menguak sejarah yang telah dibelokkan kebenarannya. Meski sering menuai protes dari sejarawan dan budayawan lain, Anton tetap tak gentar untuk meneruskan karyanya dengan tujuan agar masyarakat tahu sejarah yang sebenarnya.

Oleh karena itu, ia bercerita tentang sejarah bukan yang terdapat dalam buku tetapi melewati cerita para veteran langsung, mantan pejuang non veteran, atau masyarakat yang tempatnya pernah dijadikan sebagai wilayah pertempuran.

Sejarah yang ada dibuku itu kebanyakan telah dibelokkan dan ada yang ditutupi. Narasumber kita orang terpercaya yang sudah mengalami masa-masa itu jadi kami tidak takut apabila dikecam. Toh, apa yang kami sampaikan adalah fakta,” tandasnya.

Sejak saat itu Anton mengaku, komunitas pejuang lain semakin banyak muncul. Komunitas-komunitas tersebut terbentuk lantaran memiliki pendapat berbeda terkait cerita sejarah. Sehingga kemunculannya untuk membantah pendapat dari Komunitas Babad Bandayuda.

Tujuan kami membuat komunitas ini untuk memunculkan dasar jiwa nasionalisme ke anak muda. Zaman sekarang dan zaman dulu itu beda. Zaman sekarang, mahasiswa ikut orasi cuma sebagai semangat eksistensi biar dikenal bernasionalisme tinggi. Kalau zaman dulu semangatnya benar-benar murni dan ikhlas,” tandas pria kelahiran Surabaya tersebut.

Sumber: SOROT JOGJA (Tsaniyah Faidah)

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *