Komunitas Decoupage Jember: Dari Hobi Menjadi Peluang Bisnis

Komunitas Decoupage Jember awalnya masih belum percaya diri dengan hasil karyanya. Lambat laun mereka mulai berani memasarkan melalui penjualan online. Untuk sementara masih dilakukan memanfaatkan media social, belum benar-benar terjun ke dunia e-commerce.

“Ya mulai jualan online. Ini masih dijual antar medsos saja,” tutur Evi menambahkan. Dimana dilakukan dengan memasarkan melalui akun mereka sendiri. Dimana grup KDJ. Evi mengatakan jika selama ini untuk yang membeli produk-produknya rata-rata adalah ibu rumah tangga untuk menghias interior rumahnya.

Namun, tak jarang juga anak-anak muda dengan yang memulai usaha startup untuk warung dan rumah makan yang mereka gagas. Lambat laun memang kerajina Decoupage ini akan semakin berkembang dan besar seiring dengan kebutuhan masyarakat untuk menghias interior rumahnya agar semakin bagus.

Bukan hanya berjualan online saja, mereka setiap minggu juga selalu mencoba mengenalkan kerajinan Decoupage ini kepada masyarakat. Yakni dilakukan di Alun-alun Jember saat ada acara Car Free Day (CFD). Sehingga selain mengenal apa itu Decoupage, juga berbagi kreatifitas dengan ibu-ibu yang bersedia bergabung dengan komunitas itu.

Dengan harapan, semakin banyak warga yang mengenal Decoupage dan berbagai tekniknya. “Saat ini anggota Komunitas Decoupage Jember ada sekitar 20. Sering juga melakukan gathering,” tuturnya. Tetapi yang terpenting bersama saling menjaga lingkungan serta meningkatkan nilai tambah untuk barang-barang bekas yang dianggap tidak bernilai tersebut.

Bahkan, dirinnya dengan tiga admin lainnya yakni Fatimatuzz Zahro, Dessy Kristanti dan Risky Indah P juga tidak segan untuk memberikan pelatihan tentang kerajinan Decoupage ini kepada masyarakat. Diakui Evi, pihaknya sudah beberapa kali memberikan pelatihan kepada masyarakat dan ibu-ibu perumahan, mulai dari Dharma Alam, Jalan Sriwijaya. Pihaknya pun siap jika memang diminta untuk mengisi pelatihan dimanapun.

Apalagi, untuk pelatihan agar bisa tidak lama. “Paling sehari ibu-ibu sudah bisa termasuk dengan prakteknya,” terangnya. Sementara untuk hasil produk agar lebih bagus biasanya dikembalikan lagi kepada masing-masing kreasi ibu-ibu ini. Jika memang kreatif dan bisa memadukan berbagai gambar dengan baik maka hasilnya dijamin unik.

“Jadi semua tergantung dari kreatifitas masing-masing,” ucapnya.

Sumber: JAWA POS

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *