Bahasinema: Hadir Berikan Pemutaran dan Kajian Film Bersama

Bukanlah hal yang baru jika Bandung dipenuhi dengan masyarakat yang kreatif dan memiliki beragam komunitas yang mengedukasi. Siapa sih yang tak menyukai menonton film? Komunitas Bahasinema hadir memberikan sajian film komunitas maupun film pendek dan membedah isinya bersama.

Bahasinema adalah komunitas film di Bandung berdiri sejak September 2015, yang merupakan kumpulan sineas kampus yaitu Sinesofia Unpar, LFM ITB, dan CC Fikom Unpad. Gorivana Ageza (Echa), koordinator kajian film dari Bahasinema mengatakan jika komunitas ini lebih fokus memberikan program pemutaran dan kajian mengenai film.

“Kita lihat untuk pemutaran alternatif di Bandung masih terbatas belum banyak memutar film pendek,” ujar Echa saat ditemui di Institut Francais Indonesia (IFI), Jalan Punawarman No 32, Senin malam (26/3/2017).

Echa mengatakan, supaya lebih mandiri dan keluar dari institusi kampus, ia dan teman-temannya membuat komunitas Bahasinema.

“Pengurusnya sudah pada mau lulus dari kampusnya, makanya kita bikin sendiri saja,” jelasnya

Berkarya melalui film pendek banyak dilakukan oleh para sineas muda apalagi teknologi yang sudah canggih memudahkan dalam setiap prosesnya.

Selain rutin menayangkan film pendek, Bahasinema juga pernah membuat program yang bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Saat itu, DKJ membuat event bersama kineforum, yang merupakan komunitas film di Jakarta, tepatnya di TIM (Taman Ismail Marzuki).

“Waktu di DKJ membahas tentang seberapa penting icon Bandung muncul di dunia perfilman,” ujar wanita yang aktif di berbagai komunitas ini.

Selain mengkaji soal film, Bahasinema datang memperkenalkan Bandung kepada DKJ.

“Terakhir kegiatan dari Bahasinema yaitu acara Film, Musik, Makan di Spasial ” ujar wanita yang menyukai filsafat ini.

Teknologi yang semakin canggih membuat banyaknya sineas muda yang demam membuat film pendek dengan kreasi yang berbeda-beda.

“Aku ingin mengingatkan, jangan sampai centil teknologi,” ujar wanita berambut ikal ini.

Centil teknologi disini maksudnya adalah lebih mementingkan perangkat yang digunakan dibandingkan isi film yang akan disampaikan.

“Banyak yang nanya, kak pakai kameranya apa? Jangan itu dulu, kegelisahan apa sih yang ingin disampaikan?” Ujar wanita yang telah terjun ke dunia film komunitas sejak 2012.

Echa bercerita, ketika ia menjadi juri di kompetisi video klip selama satu menit di Instagram, entah kenapa 80 persen isi videonya sama.

Mulai dari kesamaan visual, adegan pembuka semua peserta mirip, Echa menyarankan pembuat film fokus kepada isunya.

“Jangan berat di bungkus, jadi menurutku justru dengan adanya kemudahan teknologi itu, sineas bisa fokus akan apa yang ingin disampaikan,” jelasnya.

Ia mengingatkan jika isi dan bungkus film ditayangkan dengan baik maka pesan yang ingin disampaikan lebih bagus diterima penonton.

Sumber: TRIBUN JABAR

Penulis: Putri Puspita Nilawati
Editor: Isal Mawardi

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *