Malidi, Komunitas Anti-Hoaks Swadaya Terbesar di Jabar

Masyarakat Peduli Literasi Digital (Malidi) memantapkan kiprahnya dengan adanya sekretariat. Komunitas yang fokus pada  edukasi literasi digital, utamanya penangkal informasi bohong atau hoaks, kini berubah menjadi komunitas swadaya yang bisa diklaim terbesar di Jawa Barat.

Malidi meresmikan kantor sekretariatnya di Kemang Pratama 3, Jl Alamanda No 5-6, Kota Bekasi, Senin (16/9) malam.  Hadir dalam acara Wakil Walikota Bekasi Tri Adhianto, Kapolres Metro Bekasi Kombes Indarto.dan Komandan Kodim 507/Bks Letkol Arm Abdi Wirawan.

Malidi berkiprah sejak dua tahun ini. Sejumlah orang yang kemudian disebut relawan-relawan berhimpun dalam komunitas yang fokus pada kegiatan menangkal informasi dan berita hoaks. Komunitas ini lahir secara mandiri atau swadaya relawannya sebagai bagian dari tanggung jawab sosial secara personal mereka.

Jajaran nama yang fokus komunitas ini antara lain Heru Nugroho, Marlina Setiawan,  Tami MahoniRisky Pratama NSelvi DewiNad Devita, dan KH Nurul Huda Haem atau yang biasa disebut Kiai Enha. Heru Nugroho didapuk menjadi ketua umum dan Marlina sebagai sekretaris jenderal.

Di Jawa Barat sendiri. belum terdata sebuah komunitas berbasis masyarakat yang fokus pada kegiatan literasi anti-hoaks. Ada Jabar Saber Hoaks yang dibentuk pemerintah provinsi. Bisa diklaim jika Malidi sebagai komunitas anti-hoaks swadaya terbesar di Jabar.

Ada puluhan relawannya dan menyebar di banyak grup pesan instan seperti WhatsApp dan Facebook. Setiap mengetahui informasi yang terkonfirmasi ketidakbenaran, relawan itu dapat cepat meluruskan.

Kiprah Malidi dalam pemberantaran hoaks sudah berjalan dua tahun terakhir ini. Lahir saat Pilkada Kota Bekasi ketika masyarakat Kota Bekasi digempur berbagai informasi bohong yang melemahkan persatuan. Terlebih, isu yang beredar lebih banyak menyinggung soal SARA yang lebih membahayakan dari berita bohong itu sendiri.

KH Nurul Huda Haem atau yang biasa disebut Kiai Enha sebagai tuan rumah menyampaikan pentingnya sebuah komunitas yang baik dan fokus pada informasi-informasi hoaks dan memiliki kemampuan mengklarifikasi dengan cepat.

‘’Persentase  intoleransi dan radikalisasi cukup tinggi. Hal ini terjadi dari salah satu faktor rendahnya warga Bekasi dalam berliterasi digital. Hingga, mudah termakan informasi hoaks,’’ kata kiai yang terus mengembangkan pesantren yang terkenal sebutan Pondok Pesantren Motivasi Indonesia ini.

Ketua Malidi Heru Nugroho menyampaikan rasa syukurnya atas kehadiran sekretariat ini. Disampaikan juga, komunitas berbasis swadaya ini hadir di Kota Bekasi dengan bersinergi banyak pihak,.

‘’Kami sudah bekerjasama dengan berbagai lembaga seperti pemerintah kota, Polres Bekasi, dan Kodim untuk terus melakukan sosialisasi anti-hoaks dengan berbagai media dan kegiatan di Bekasi,’’ kata Heru.

Wakil Walikota Bekasi menyampaikan pentingnya komunitas seperti Malidi sebagai upaya dan langkah baik.

‘’Warga Bekasi sudah seharusnya saling Ber-Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan tidak menjadi tolak ukur dalam bersosialisasi. Hal ini untuk menguatkan kita untuk saling bersatu dalam ber-NKRI. Salah satunya melek terhadap literasi digital,’’ kata Tri Adhianto yang hadir bersama istrinya, Wiwiek Hargono.

Penulis/reporter: Faska
Artikel ini telah tayang di pojokbekasi

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *