Ekspresikan Semangat Pahlawan, Komunitas Ini Serentak Hasilkan Karya Seni Doodle

Setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Seluruh masyarakat Indonesia mengingat kembali jasa-jasa para pahlawan yang sudah gugur saat memperebutkan kemerdekaan.

Saat ini sebagai komunitas anak milenial, Doodle Art Medan bekerja sama dengan Sikolatta mengekspresikan hari kemerdekaan tersebut dalam gelaran Buat Doodle Serentak di Lapangan Merdeka, Minggu (11/11/2018)

“Buat doodle bersama sudah merupakan kegiatan rutin kami setip bulan. Tapi kali ini kami buat dalam konsep yang berbeda,” tutur Founder Doodle Art Medan M Joko Mahendra.

Tema yang diangkat kali ini ada Invisible Heroes.

Dengan konsep para peserta mendoodle segala hal yang berhubungan dengan para pahlawan.

Tujuannya adalah untuk menyebarkan semangat hari pahlawan melalui doodle art.

“Bisa gambar pahlawan bendera dan macam-macam. Tapi kalau mau ada yang gambar hias-hiasan juga enggak apa apa,” tutur laki-laki yang akrab disapa Jo ini.

Bagi Jo Hari Pahlawan sebaiknya tidak dirayakan setiap tanggal 10 November saja. Tapi lebih dari pada itu, jasa-jasa para pahlawan yang sudah gugur merebut kemerdekaan harusnya bisa diingat setiap hari

“Kebebasan untuk melakukan apapun yang bisa kita lakukan hari ini pun karena pahlawan kita. Jadi jasa mereka tidak cukup kalau diingat sekali setahun saja,” katanya

Sebagai kaum milenial Jo merasa, cara terbaik mengisi kemerdekaan yang sudah direbut para pahlawan adalah dengan melakukan hal-hal positif melalui karya-karya yanh bisa dibuatnya.

“Tergantung hal kreatif apa yang bisa kita lakukan sih. Kalau saya suka doodle dan dengan doodle pun saya bisa mengisi kemerdekaan,” katanya.

Bagi Jo, kebebasan dalam menggambar merupakan salah satu jasa pahlawan pula. Maka dari itu, ia akan terus menyalurkan semangat positif melalui karya-karya gambarnya.

Selain Medan Doodle Art, Sikolatta juga ikut dalam acara ini. Mereka turut menggambar diatas spanduk berukuran 5 kali 1 meter tersebut untuk menyalurkan semangat hari pahlawan.

Salah satu founder Sikolatta, Tongam Nadeak menyatakan semangat hari pahlawan tidak bisa dirayakan di ujung jari saja.

“Kalau hanya sekedar menulis di media sosial, itu tidak cukup untuk mengisi kemerdekaan yang sudah direbut pahlawan,” kata Tongam.

Menurutnya, masalah-masalah yang ada di Indonesia tidak bisa diselesaikan melalui jari. Hal itu jugalah yang melatarbelakanginya untuk mengajar anak-anak kaum marjinal bersama Dian Bersinar Foundation.

Sikolatta adalah kumpulan empat orang mahasiswa dan mahasiswi. Sikolatta awalnya sebuah project sosial dari sebuah beasiswa yang dihibahkan pada keempat orang tersebut.

“Sikolatta berasal dari bahasa batak, yang artinya sekolah kita. Di sini kami mau merangkul anak-anak kaum marjinal agar dapat terus memperoleh pendidikan yang layak meski dalam kondisi hidup keterbatasan,” tutur founder lainnya, Oktavianna.

Dalam perjalanan mendirikan Sikolatta banyak kendala yang dihadapi, salah satunya untuk secara langsung menyentuh anak-anak kaum marjinal.

“Jadi sampai sekarang ini, kami bekerja sama, tapi Dian Bersinar Foundation meneruskan mengajar anak-anak tentang pelajaran di sekolah, sedangkan kami ingin mengasah soft skill adik-adik,” pungkas Togam.

Intinya sebagai kaum milenial banyak ladang untuk mengisi kemerdekaan. Tinggal kita mengisinya dengan cara-cara positif dan berdampak bagi orang lain.

Penulis : Septrina Ayu

Sumber : tribun medan

 

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *